TEMPO.CO, Bandung - Sekretaris Perusahaan PT Bio Farma (Persero), M. Rahman Rustan menduga pemalsuan vaksin terjadi karena barangnya susah dicari atau harganya mahal. Berbeda dengan vaksin yang harganya terjangkau bahkan gratis seperti yang diberikan pemerintah. “Vaksin produksi Bio Farma untuk imunisasi dasar yang dipakai Kementerian Kesehatan terjamin asli,” ujarnya, Jumat, 15 Juli 2016.
Bio Farma menjamin seluruh vaksin yang diproduksi di pabrikny tidak ada yang dipalsu. Namun ada tiga jenis serum yang dipalsukan dan beredar, yaitu Biosat (serum anti tetanus), Biosave (serum anti bisa ular), dan Tuberculin PPD, yang kasusnya ditangani Kepolisian. “Kami siap membantu jika diminta, juga ke BPOM jika ada temuan indikasi yang dipalsukan,” kata Rahman di Bio Farma Bandung.
Dari daftar harga vaksin imunisasi anak sebuah klinik kesehatan pada 2015 di Internet, tercantum beberapa jenis vaksin dan serum yang berharga Rp 400 ribu hingga Rp 1 juta lebih. Sebelumnya diberitakan, ada empat vaksin dan serum yang dipalsukan, yakni vaksin tripacel untuk mencegah difteri, tetanus, dan hepatitis B. Kemudian serum anti-tetanus, dan vaksin pediacel.
Bio Farma telah memastikan vaksin asli yang dianggap palsu. Vaksin Bio Farma yang digunakan pemerintah untuk Program Imunisasi Nasional ada tujuh. Vaksin tersebut yakni Pentanio (DTP-HB-Hib), Jerap DP, Jerap Td, campak kering, Poliomyelitis Oral (polio) tipe 1 dan 3, Hepatitis B, dan BCG.
Untuk sektor pemerintah, vaksin Bio Farma dikirimkan ke gudang Dinas Kesehatan provinsi. Adapun ke pihak swasta didistribusikan lewat Pedagang Besar Farmasi. Tercatat ada lima perusahaan distribusi vaksin Bio Farma, yakni PT Indofarma Blobal Medika, PT Rajawali Nusindo, PT Merapi Utama Pharma, PT Sagi Capri, dan PT Perusahaan Perdagangan Indonesia yang khusus untuk tender.
Badan Usaha Milik Negara pembuat vaksin di Indonesia itu menyarankan adanya prosedur dan fasilitas pengelolaan limbah vaksin untuk mengantisipasi peredaran vaksin palsu. “Kami tidak bisa memantau limbah itu di pengguna vaksin,” ujar Rahman.
ANWAR SISWADI