TEMPO.CO, Bandung - Bocah lelaki berusia 10 tahun yang mengalami obesitas, AP, berat tubuhnya berkurang rata-rata 500 gram per hari. Tim dokter Rumah Sakit Umum Pusat dr Hasan Sadikin (RSHS) Bandung menerapkan pola diet atau makan yang khusus untuk menurunkan bobot tubuhnya dari 190 kilogram. “Ini bukan diet ketat ya, hanya mengubah pola makan menjadi berimbang,” ujar Novina Andriana, anggota tim dokter, di RSHS Bandung, Jumat, 15 Juli 2016.
Baca: Bobot Bocah Penderita Obesitas Ekstrem Turun Jadi 186 Kilogram
Memasuki hari kelima perawatan di RSHS Bandung, porsi makan AP juga secara bertahap dikurangi. Dari sebelumnya biasa mengkonsumsi 6.800 kalori per hari di rumahnya, tim dokter mengurangi sampai 3.500 kalori ketika masuk rumah sakit. “Hari ini dipatok 2.300 kalori,” kata dokter spesialis anak tersebut.
Tim dokter juga mengurangi karbohidrat dan gula yang biasa dilahap AP empat kali sehari ditambah bergelas-gelas minuman manis dalam kemasan. “Nasi putih diganti nasi merah. Sayuran dan buah berserat tinggi seperti apel diperbanyak. Buah berkarbohidrat banyak dan manis dikurangi,” ujarnya.
Baca: Bocah Karawang Berbobot 190 Kilogram, Ini Penjelasan Dokter
Pola asupan tersebut bisa mengurangi sekitar 500 gram berat badan AP per hari, ditambah beberapa aktivitas seperti berjalan di koridor ruang perawatan anak. Terhitung sejak 15 Juli 2016, tim dokter mulai memberikan sebuah jenis obat untuk membantu penurunan berat badan AP. “Kami tidak tergesa-gesa dan memaksakan penurunan segera karena harus melihat metabolisme tubuh pasien,” kata Novina.
AP, yang berasal dari sebuah kampung di Karawang, diboyong keluarga bersama Bupati Cellica Nurrachadiana ke RSHS Bandung, Senin, 11 Juli 2016. Bobotnya yang luar biasa menjadi alasan utama untuk diturunkan karena membuat AP susah bergerak dan bernapas secara normal.
Tim medis khusus obesitas anak yang terdiri atas 13 dokter, seperti spesialis anak, gizi, bedah, rehabilitasi medis, dan psikolog, menduga kegemukan AP akibat pola makan. Sejauh ini masih diteliti faktor lain seperti genetika atau hormonal sebagai penyebabnya.
AP, yang terlahir sebagai bungsu dari dua bersaudara, terlahir normal, begitu juga bobotnya hingga usia 5 tahun. Setelah itu, beratnya terus bertambah hingga siswa kelas IV SD tersebut mengalami kendala untuk pergi ke sekolah.
ANWAR SISWADI