TEMPO.CO, Jakarta - Puluhan keluarga pasien korban vaksin palsu menggeruduk Rumah Sakit Harapan Bunda, Jakarta Timur, untuk meminta pertanggungjawaban pihak rumah sakit yang terlibat dalam kasus pemberian vaksin palsu.
Orang tua pasien, Nisah, 32 tahun, mengaku sangat kecewa setelah mendengar rumah sakit tempat anaknya divaksin menggunakan produk palsu. Nisah menuturkan anaknya, yang sekarang berumur 4 tahun, dari bayi divaksin di RS Harapan Bunda. "Sebagai orang tua, saya sangat marah. Jika tahu dari awal menggunakan vaksin palsu, saya mending bawa ke rumah sakit pemerintah, daripada swasta tapi palsu," ujarnya di Rumah Sakit Harapan Bunda, Jakarta Timur, Kamis, 14 Juli 2016.
Sebelumnya, Menteri Kesehatan Nila F. Moeloek mengumumkan Rumah Sakit Harapan Bunda, Jakarta Timur, merupakan satu dari 14 rumah sakit pengguna vaksin palsu.
BACA JUGA: Ini Delapan Bidan Pengguna Vaksin Palsu
Nisah mengatakan, sesampainya di Rumah Sakit Harapan Bunda, ia mengadu kepada pihak rumah sakit. Saat di ruang pengaduan, ia ditanya soal identitas dan berapa kali menggunakan vaksin di Rumah Sakit Harapan Bunda tersebut. "Barusan didata, siapa nama pasien (balita) dan dokter yang nanganin, ada keluhan atau tidak," ujarnya.
Nisah mengatakan akan meminta pertanggungjawaban pihak rumah sakit untuk kepastian apakah vaksin yang diberikan berdampak atau tidak ke depan. "Saya tidak tahu apakah yang dipakai vaksin palsu atau tidak. Tapi suami saya merasa anak kami memiliki kekebalan tubuh yang rendah," ucapnya.
Kepala Bagian Hubungan Masyarakat Rumah Sakit Harapan Bunda, Jakarta Timur, Nira mengatakan pihaknya sudah berkoordinasi dengan satuan tugas dari Kementerian Kesehatan dan akan menindaklanjuti kasus tersebut. "Manajemen akan menyampaikan pernyataan resmi malam ini juga," ujarnya.
Sampai pukul 21.00, Kamis, 14 Juli 2016, orang tua yang merasa anaknya menjadi korban vaksin palsu terlihat datang melapor kepada rumah sakit. RS Harapan Bunda, yang beralamat di Jalan Raya Bogor KM 22, Ciracas, Jakarta Timur, kini dipenuhi keluarga pasien yang ingin bertemu dengan pengelola rumah sakit tersebut untuk meminta pertanggungjawaban.
Mereka yang datang terlihat panik, bahkan sesekali terjadi keributan kecil antara pihak pengamanan dan keluarga pasien yang tidak sabar bertemu dengan pengelola rumah sakit.
ABDUL AZIS