TEMPO.CO, Jakarta - Juru bicara Kementerian Luar Negeri, Arrmanatha Nasir, mengatakan upaya pembebasan sandera warga Indonesia di Filipina terus berjalan. Namun komunikasi antara pemerintah Indonesia dan Filipina terkait dengan pembebasan tujuh WNI di perairan Sulu terhambat.
"Sedang sulit di sana karena Filipina tengah mengadakan berbagai operasi militer," ujar Arrmanatha saat jumpa pers di Ruang Palapa Kementerian Luar Negeri, Pejambon, Jakarta, Kamis, 14 Juli 2016.
Kegiatan Filipina itu, ujar Arrmanatha, membuat koordinasi soal penyelamatan sandera menjadi kurang lancar. Meskipun begitu, Arrmanatha memastikan langkah persuasif tetap dilakukan pemerintah RI. "Tetap di Mindanao. Kita lakukan pendekatan dan komunikasi dengan tokoh-tokoh di Filipina untuk mencari jalan keluar."
Informasi yang didapat pemerintah, menurut Arrmanatha, sebagian besar masih terkait dengan tujuh WNI awak kapal Charles 001 yang diculik di perairan Filipina pada 21 Juni lalu. Belum ada perkembangan apa pun mengenai tiga WNI lain yang diculik di perairan Lahad Datu, Malaysia, pada 9 Juli.
"Dalam konteks tiga WNI terakhir, kami belum dengar soal perusahaan menyiapkan dana atau sebagainya," kata Arrmanatha.
Filipina memang tengah gencar menggempur kelompok militan Abu Sayyaf. Hal ini sebagai reaksi Presiden Filipina Rodrigo Duterte terhadap maraknya kasus penculikan dan perompakan kapal di perairan negaranya.
Dilansir dari Asian Correspondent, Selasa lalu, pasukan militer Filipina mengaku sudah menghabisi setidaknya 40 simpatisan Abu Sayyaf dalam dua kali operasi militer. Operasi militer tersebut terkonsentrasi ke daerah Basilan dan Sulu.
YOHANES PASKALIS | ASIAN CORRESPONDENT | ASIA TIME