TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Markas Besar Polri Inspektur Jenderal Boy Rafli Amar mengatakan ada sejumlah nama yang diduga terlibat bom bunuh diri di Solo, Jawa Tengah. Namun, ia menolak menyebutkan identitas mereka.
"Tidak sampai lima orang. Mereka juga terkait pengembangan penangkapan di Bekasi," katanya kepada Tempo, Rabu, 13 Juli 2016. "Biarkan teman-teman di lapangan bekerja dulu."
Bom bunuh diri terjadi di Solo pada 5 Juli lalu, tepat sehari menjelang Idul Fitri. Pembawa bom, Nur Rohman, menerobos Markas Kepolisian Resor Kota Surakarta, Jawa Tengah. Saat anggota Provost berusaha menghentikannya, dia meledakkan bom yang dibawanya di halaman gedung. Nur meninggal akibat ledakan bom, sedangkan anggota Provost, Brigadir Bambang Adi Cahyo, terluka.
Polisi menetapkan Nur Rohman sebagai tersangka. Identitas tersangka diperkuat dengan hasil tes DNA yang diambil dari dua anak biologisnya. Setelah Nur Rohman meninggal, polisi menerbitkan surat perintah penghentian penyidikan. "Sekarang dimulai lagi penyelidikan untuk mengejar jaringan yang belum tertangkap," kata Boy.
Polisi menduga Nur sebagai anggota jaringan teroris Jamaah Anshar Khilafah Daulah Nusantara. Jaringan itu merupakan sempalan Jamaah Islamiyah yang berafiliasi dengan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).
Sebelumnya, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Komisaris Jenderal Tito Karnavian mengatakan Nur Rohman juga menjadi bagian dari kelompok Arif Hidayatullah di Bekasi, Jawa Barat. Namun Nur Rohman tak terkait langsung dengan kelompok Bahrun Naim yang merencanakan serangan ke Thamrin, Januari lalu. Ia sempat lolos dari kejaran polisi. "Dia lebih ke serangan saat Natal dan tahun baru, tapi kami gagalkan. Delapan tertangkap, tapi cuma satu ini (Nur Rohman) yang lolos," ujar Tito.
Nur Rohman sempat kabur dan bersembunyi di berbagai tempat di Jawa Tengah dan Jawa Timur. "Kami kejar-kejar sampai ke Jawa Barat, tiba-tiba muncul, yang kemarin," kata Tito.
DEWI SUCI RAHAYU | ISTMAN M.P.