TEMPO.CO, Surabaya- Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini beserta jajarannya sudah membuat konsep untuk memanjakan para peserta internasional Preparatory Committe (Prepcom) III for UN Habitat di Surabaya pada 25-27 Juli 2016. Bakan, mereka juga telah menyiapkan paket field trip/city tour yang akan mengunjungi perkampungan-perkampungan di Kota Surabaya.
Kepala Sub Bagian Umum dan Kepegawaian Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kota Surabaya, Wisnu Wibowo memastikan sudah ada 14 paket kampung yang disiapkan oleh Pemerintah Kota Surabaya. Setiap harinya, ada empat hingga lima lokasi yang akan dikunjungi. “Jaraknya pun sudah diatur berdekatan tiap paket, karena agendanya sangat padat,” kata Wisnu saat jumpa pers di kantor Humas Pemkot Surabaya, Selasa, 12 Juli 2016.
Dalam setiap kunjungan itu, nantinya akan dibawa oleh dua bus, sehingga setiap paket kunjungan akan diikuti oleh sekitar 45 peserta delegasi. Hal itu dilakukan untuk mencegah desak-desakan peserta pada saat mengunjungi kampung. “Nanti kan masih ditambah penterjemah dan petugas Pemerintah Kota Surabaya,” kata dia.
Menurut Wisnu, diantara 14 kampung yang akan dikunjungi, salah satunya adalah RW VIII Kampung Lawas Maspatih di Kelurahan Bubutan, Kecamatan Bubutan. Kampung ini memang spesial dan unik, karena padat penduduk (dihuni 350 keluarga) dan juga berada di pusat kota. Selain itu, kampungnya banyak nilai bersejarah dan berprestasi dalam lomba kebersihan Green and Clean yang digelar oleh Pemkot Surabaya.
Menariknya, lanjut dia, warga di kampung itu juga sangat mandiri secara lingkungan dan juga mengembangkan ekonomi kreatif. Bahkan, saat ini kampung Lawas Maspatih ini sudah menjadi obyek wisata kampung lawas. “Nah, Ini harus kita lestarikan,” katanya.
Ketua RW VIII Kampung Lawas Maspatih, Sabar Suwastono mengatakan selama ini warganya sudah membuat paket wisata green and heritage. Paket wisata itulah yang nantinya ditawarkan kepada peserta Prepcom III yang datang berkunjung ke kampungnya.
Sabar menjelaskan, ketika tamu datang akan disambut dengan welcome drink yang merupakan minuman hasil olahan warga. Selama ini, masing-masing RT di RW VIII Kelurahan Maspatih telah mengembangkan budidaya cincau, lidah buaya, jahe, belimbing dan markisa. Selanjutnya, para tamu akan diajak masuk ke area II di RT III. “Di sana, kita bicara tentang tema green. Kita sampaikan prestasi-prestasi di RW VIII disertai foto-foto dan piagam penghargaan,” kata Sabar.
Kemudian, para tamu dibawa ke area III yang merupakan rumah produksi. Di sini, para tamu akan ditunjukkan bagaimana warga mengolah tanaman mereka menjadi minuman. Bahkan, para tamu juga dipersilahkan untuk mencoba memproduksi sendiri minuman tersebut. Lalu para tamu akan dibawa ke area histori.
Adapun bangunan heritage yang ada di Kampung Maspatih diantaranya Sekolah Ongko Loro yang merupakan bekas Sekolah Rakyat yang ada sejak zaman Belanda. Bangunan kedua adalah bangunan bekas pabrik roti milik Haji Iskak yang juga pernah menjadi dapur umum kala pertempuran bersejarah, 10 November 1945. Bangunan tersebut ada sejak 1958.
“Ada juga edukasi permainan tradisional seperti teklek dan dakon. Para tamu akan bermain dan diadu dengan warga. Jadi saya yakin mereka akan puas dan terhibur,” kata dia.
MOHAMMAD SYARRAFAH