TEMPO.CO, Yogyakarta - Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Gunungkidul menyatakan, 30-40 persen potensi retribusi wisata, yang menjadi penopang pendapatan asli daerah (PAD) menguap. Sebab, banyak obyek wisata yang program retribusinya belum tersistem.
"Kami banyak kehilangan potensi PAD wisata cukup besar dari sejumlah obyek potensial," ujar Kepala Bidang Pengembangan Produk Wisata Dinas Pariwisata Kebudayaan Gunungkidul Hari Sukmono, kepada Tempo, Selasa, 12 Juli 2016.
Dia menyebut, hilangnya potensi PAD wisata itu terjadi pada momen libur Lebaran tahun ini. Dinas Pariwisata Gunungkidul, saat ini baru bisa menarik retribusi sekitar 15 obyek yang sudah berpintu retribusi. Padahal, ada belasan obyek yang sama sekali tak bisa ditarik retribusinya oleh pemerintah daerah. "Kunjungan wisatawan selama Lebaran ini pada obyek berpintu retribusi ada 225 ribu orang, dengan pemasukan Rp 2 miliar," kata Hari.
Target selama libur Lebaran, 350 ribu orang, dengan pemasukan minimal Rp 2,5 miliar. Namun target yang tak tercapai, diperkirakan menguap. Untuk obyek tak berpintu retribusi, Hari memperkirakan ada 30-40 persen wisatawan yang dikenai retribusi. Wisatawan gratisan ini jumlahnya diperkirakan 60 ribu orang. "Kunjungan Lebaran ini diperkirakan kami 290 ribu orang, tapi hanya 60 ribu lebih,” ujarnya.
Obyek yang berpintu retribusi itu di antaranya Gunung Api Purba Nglanggeran, Sri Gethuk, Gua Pindul, Kali Suci, Pantai Ngrenehan dan Ngobaran, Pantai Baron, Goa Cerme, Gunung Gambar, Pintu Jalur Jalan Lingkar Selatan, Pantai Sepanjang, Desa Ngestirejo, Pule Gundes, Pintu Tepus, dan Pantai Siung.
Sedangkan obyek belum terkena retribusi, di antaranya obyek wisata Bekah, Pantai Sadeng, Water Byur, Embung Sriten, juga Bubung.
Hari mengatakan sebenarnya pemerintah daerah sudah melahirkan peraturan daerah baru tentang retribusi itu. Namun naskah itu belum bisa diundangkan dan dilaksanakan karena menunggu evaluasi Gubernur DIY. "Begitu evaluasi diteken, bisa diundangkan dan dibentuk peraturan bupati, pelaksanaannya," ujarnya.
Dengan belum adanya sistem retribusi di sejumlah obyek itu, kata Hari, pemerintah hanya bisa memaksimalkan di obyek wisata yang sudah berpintu. "Usai libur Lebaran ini masih ada sepekan lagi. Kami usahakan ada kunjungan tambahan untuk mengejar target," ujarnya.
Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Gunungkidul Arif Wibawa mengatakan untuk memaksimalkan PAD tak hanya melalui penyebaran pintu retribusi di tiap obyek wisata. "Karena obyek yang berpintu saja sering kali lolos. Sehingga banyak wisatawan yang tak dikenai retribusi saat melintas, khususnya rombongan," ujarnya.
Dia mendesak pemerintah justru mengevaluasi kinerja petugas di lapangan, agar retribusi tak mudah bocor. "Sebab, wisata jadi penopang utama PAD Gunungkidul," ujarnya.
PRIBADI WICAKSONO