TEMPO.CO, Kupang - Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) Frans Lebu Raya mengaku telah menyurati Presiden Joko Widodo untuk mengambil langkah guna membebaskan tiga orang asal daerah tersebut, yang disandera di Malaysia.
"Hasil rapat Forum Koordinasi Pimpinan Daerah NTT sudah secara tertulis disampaikan kepada Presiden, tembusan ke Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan serta Menteri Luar Negeri untuk membebaskan tiga warga NTT itu," kata Frans di sela acara halalbihalal dengan aparat Pemerintah Provinsi NTT, Selasa, 12 Juli 2016.
Pemerintah pusat, menurut dia, telah mengambil langkah membebaskan tiga warga NTT yang disandera itu. "Kami tidak mengirim bantuan karena itu kewenangan pemerintah pusat," ujarnya.
Tiga warga NTT yang disandera di Malaysia ialah Theodorus Kopong, Emanuel Arkiang, dan juragan kapal bernama Lorens Koten, yang berasal dari Kabupaten Flores Timur. "Sesuai dengan dokumen, ketiganya merupakan warga Flores Timur," ucapnya.
Menurut Frans, saat penculikan terjadi, ada tujuh warga Indonesia. Namun empat lainnya dibebaskan karena tidak miliki dokumen. Para penculik berpikir tidak tahu harus menuntut kepada siapa sehingga keempatnya dibebaskan. "Mereka tidak tahu mau menuntut ke negara mana karena empat orang itu tidak punya dokumen sehingga dibebaskan," tuturnya.
Pemerintah Flores Timur, kata Frans, sedang mencari tahu keberadaan keluarga tiga orang tersebut. Dia juga meminta keluarga tetap tenang. "Kami juga minta kepada seluruh warga NTT yang bepergian ke luar negeri untuk menjaga keselamatan," ujarnya.
Tiga WNI yang diculik kelompok bersenjata di Lahad Datu, Negara Bagian Sabah, Malaysia, diduga berasal dari NTT. Sepanjang 2016, sudah empat kali WNI yang berprofesi sebagai ABK kapal tunda dan kapal tongkang diculik di perairan perbatasan Indonesia-Filipina. Kini, WNI diculik di Malaysia.
YOHANES SEO