TEMPO.CO, Lumajang - Meski Gunung Bromo di Jawa Timur kembali menyemburkan abu dan gerimis, pelancong terus berdatangan hingga Selasa pagi, 12 Juli 2016. Mobil-mobil dengan pelat nomor dari luar Probolinggo terus berdatangan dan memadati jalanan Desa Sapikerep, Kecamatan Sukapura.
"Mobil dari luar kota seperti Surabaya berdatangan menuju Bromo," kata Camat Sukapura, Kabupaten Probolinggo, Bambang Julius, kepada Tempo.
Semburan abu vulkanis Gunung Bromo tidak banyak berpengaruh terhadap aktivitas pariwisata di kawasan setempat. Pelancong lokal dan asing seperti tak peduli dengan aktivitas vulkanis Bromo. Mereka menikmati pemandangan kawasan Bromo dari sejumlah titik-titik obyek wisata, seperti Penanjakan I, Penanjakan II, Mentigen, Seruni Poin, Bukit 30, Bukit Teletubbies, serta Air Terjun Umbulan.
Satu hal yang tidak dilakukan karena memang dilarang adalah menaiki kawah Bromo. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) serta otoritas Taman Nasional Bromo Tengger Semeru melarang masyarakat atau wisatawan beraktivitas di radius satu kilometer dari pusat kawah Bromo.
Aktivitas masyarakat Desa Ngadisari, permukiman terdekat dari Bromo juga berlangsung biasa. Warga masih tetap pergi ke lahan-lahan pertanian sayur untuk mengolah lahannya. Warung-warung juga masih buka. "Penyewaan kuda juga masih tetap buka pada Selasa pagi ini," kata Bambang. Warga menganggap biasa aktivitas vulkanis Bromo yang sedang menyemburkan abunya.
Seperti diberitakan sebelumnya, Kepala Bidang Pengamatan dan Penyelidikan Gunung Api PVMBG Gede Suantika mengatakan aktivitas vulkanis Bromo sedikit meningkat dalam beberapa hari terakhir ini. "Tremor menerus, tetapi peningkatannya masih lebih kecil daripada waktu siaga," kata Suantika tadi pagi. Kendati demikian, status aktivitas Bromo masih tetap di level waspada dengan radius aman satu kilometer dari kawah aktif.
Semburan abu Bromo dalam beberapa hari terakhir ini cenderung mengarah ke Malang. Sehingga membuat Bandar Udara Abdulrachman Saleh ditutup. Sejumlah penerbangan dibatalkan akibat penutupan bandara itu.
Pada akhir 2015 hingga awal 2016, Gunung Bromo sempat mengalami erupsi hingga statusnya ditingkatkan menjadi siaga menyusul aktivitas tremor yang meningkat signifikan. Selain asap yang disemburkan abu kehitaman, saat fase erupsi itu, juga tampak sinar api dari dalam kawah pada malam hari. Erupsi itu diyakini sebagai periode letusan erupsi lima tahunan. Erupsi sebelumnya terjadi pada 2010 yang fase letusannya hingga sembilan bulan.
DAVID PRIYASIDHARTA