TEMPO.CO, Yogyakarta - Di masa libur Lebaran ini, banyak yang menerbangkan balon-balon besar yang ternyata mengganggu lalu lintas penerbangan. Salah satunya adalah pesawat AirAsia yang nyaris menabrak balon besar di ketinggian 18 ribu kaki pada Sabtu, 9 Juli 2016. Pada Sabtu, 9 Juli 2016 bahkan ada tiga penerbangan pesawat terbang terganggu.
"ATC (Air Traffic Controller) Pangkalan Udara Adisucipto melaporkan tiga gangguan penerbangan yang disebabkan oleh adanya balon udara yang diterbangkan tanpa pengendali, Sabtu, 9 Juli 2016," kata Mayor Sus Giyanto, Kepala Penerangan dan Perpustakaan Pangkalan Udara Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara Adisucipto, Sabtu malam, 9 Juli 2016.
Peristiwa tersebut terjadi pada pukul 09.25 WIB saat pesawat AirAsia AWQ 8075 (QZ8075) rute Yogjakarta-Kualanamu sedang melakukan peningkatan ketinggian (climbing) melalui ketinggian 18 ribu kaki. Lalu terlihat balon udara beterbangan pada jarak 55 Nautical Miles di sebelah barat dari Non Directional Beacon (NDB) Yogyakarta hingga sebelum VOR Cilacap sampai dengan sebelum Bandung.
Pilot AirAsia melaporkan nyaris bersinggungan dengan dua balon udara yang melewati sayap sebelah kiri pesawat dengan jarak hanya sekitar 10 meter. Balon Udara tertinggi terlihat kurang lebih sekitar 30 ribu kaki.
Balon-balon itu terbuat dari bahan bukan metal, sehingga tidak bisa terdeteksi. Balon berukuran besar itu diterbangkan dengan api. Ukuran balon tersebut sangat besar dengan diameter lebih dari 5 meter dan tinggi lebih dari 10 meter serta dapat mencapai ketinggian yang terpantau sampai dengan di atas 35 ribu kaki.
Selain AirAsia, pesawat yang terganggu penerbangannya adalah Citilink 100 di atas Kecamatan Godean Sleman pada ketinggian 9.000 kaki. Juga pesawat Citilink 105 di ketinggian 17 ribu kaki di utara Surakarta.
Kepala Dinas Operasi Pangkalan Udara Adisucipto Kolonel Penerbang Indan Gilang Buldansyah menyatakan, meskipun hal tersebut tidak menyebabkan insiden maupun kecelakaan, tetapi siapapun yang menerbangkan balon tersebut mengancam pesawat.
"Dapat mengakibatkan accident pada sebuah penerbangan," kata Gilang.
Masyarakat diminta untuk tidak menerbangkan balon-balon. Baik kecil dengan jumlah banyak apalagi besar-besar seperti ukuran raksasa tanpa kendali. Perlu sosialisasi lagi soal aspek bahaya jika balon diterbangkan di area penerbangan pesawat, baik sipil maupun militer.
"Begitu juga perlu sosialisasi penggunaan drone dan sinar laser," ujar Gilang
MUH SYAIFULLAH