TEMPO.CO, Jakarta - Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD) membenarkan kabar soal jatuhnya pesawat helikopter mereka di wilayah Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jumat sore, 8 Juli 2016. Kepala Dinas Penerangan Angkatan Darat (Kadispenad) Brigadir Jenderal Sabrar Fadhilah mengatakan turut berduka cita atas kecelakaan itu.
"Kami prihatin atas jatuhnya korban jiwa dan luka berat," kata Fadhilah saat menggelar jumpa pers di media center Dispenad, Jakarta, Jumat malam, 8 Juli 2016. Ia menjelaskan akibat peristiwa itu tiga orang meninggal, yaitu Letnan Dua Angga Juang, Sersan Dua Yogi Riski Sirait, dan warga sipil Fransisca Nila Agustin.
Sedangkan tiga orang yang mengalami luka berat ialah Kapten Titus Sinaga, Sersan Kepala Rohmat, dan Sersan Dua Sukoco. Fadhilah menuturkan, korban meninggal kini disemayamkan di rumah sakit Bhayangkara Yogjakarta. Sementara korban luka dirawat di RS Harjo Lukito.
Menurut Fadhilah, helikopter Helly Bell 205 A-1 milik TNI AD dengan nomor registrasi HA-5073 jatuh saat sedang menjalankan misi bantuan (bawah kendali operasi) untuk Pangdam IV Diponegoro. "Tujuannya untuk komando pengendalian," ucapnya.
Ia mengklaim kendati pesawat buatan 1976 dan berasal dari Amerika Serikat, kondisinya layak terbang. Hingga saat TNI AD masih menyelidiki penyebab utama jatuhnya pesawat. Pihak TNI AD sudah mengirimkan tim untuk menginvestigasi penyebab kecelakaan. "Secepatnya akan kami cari tahu (penyebab)," kata Fadhilah.
Kronologis kejadian adalah sebagai berikut: pada pukul 15.00 WIB pesawat mulai menyalakan mesin. Selang enam menit kemudian helikopter take off dari pangkalan udara Adi Sumarno menuju pangkalan Adi Sucipto. Pukul 15.14 WIB pesawat terakhir kali memberikan kontak.Pada pukul 15.16 WIB pesawat sudah kehilangan kontak, dan jatuh.
Fadhilah menyebut pesawat menimpa dua rumah milik Heru Purwanto dan Parno yang dalam keadaan kosong. Lokasi jatuhnya pesawat tepat berada di Dusun Kowang Desa Tamanmartani Kecamatan Kalasan Kabupaten Sleman, Yogyakarta.
ADITYA BUDIMAN