TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu mengatakan patroli laut bersama untuk mencegah tindak kriminal di Laut Sulu, Filipina Selatan, akan segera dimulai. Patroli ini yang melibatkan kekuatan militer Indonesia, Malaysia, dan Filipina tersebut akan mengamankan jalur perdagangan yang berulang kali jadi lokasi penyanderaan kelompok radikal.
"Mudah-mudahan bulan ini sudah dimulai," kata Ryamizard saat menghadiri open house di Istana Wakil Presiden, Rabu, 6 Juli 2016.
Dia juga mengatakan kesepakatan patroli laut sudah ditandatangani dalam sejumlah pertemuan diplomasi antarmenteri pertahanan ketiga negara, Juni 2016. Saat ini, menurut dia, militer ketiga negara harus menggelar latihan bersama untuk menyepakati prosedur-prosedur saat patroli, seperti tahapan saat berhadapan dengan pembajak. "Kalau enggak latihan, babak belur, semrawut," kata Ryamizard.
Menurut Ryamizard, pemerintah Indonesia mengagas ide patroli laut bersama setelah terjadi penyanderaan terhadap anak buah kapal berkebangsaan Indonesia untuk ketiga kalinya di perairan Laut Sulu oleh kelompok Abu Sayyaf. Kasus terakhir adalah penculikan terhadap tujuh anak buah kapal Charles 001 dan kapal tongkang Robby 135 oleh dua kelompok berbeda pada 20 Juni 2016.
Hingga saat ini, pemerintah Indonesia masih mengakui dan mempercayakan upaya pembebasan sandera kepada pemerintah Filipina yang menolak keterlibatan militer asing di wilayahnya. Menurut Ryamizard, pemerintah Filipina sudah mengerahkan sekitar tujuh ribu tentara dan intelijen untuk menumpas kelompok Abu Sayyaf dan membebaskan sandera. Pemerintah mengklaim terus menerima laporan perkembangan tiap hari dari negara yang dipimpin Presiden Rodrigo Duterte.
"Kondisi terakhir pada sandera disebut dalam keadaan baik," kata Ryamizard.
AMIRULLAH