TEMPO.CO, Jakarta - Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo mengatakan posisi ketujuh warga negara Indonesia yang disandera kelompok Abu Sayyaf di perairan Filipina Selatan berpindah-pindah. "Semuanya di Jolo (Kepulauan Sulu), dan mereka berpindah-pindah," kata Gatot saat ditemui di gedung Balai Sudirman, Tebet, Jakarta Selatan, Rabu, 6 Juli 2016.
Terakhir diketahui tiga dari tujuh WNI yang tadinya ditahan bersama di daerah Panamao, Kepulauan Sulu, telah dipindahkan ke selatan, ke pulau bernama Lapac.
Meski demikian Panglima TNI memastikan semua WNI yang disandera dalam keadaan baik. Pemerintah Indonesia, khususnya Kementerian Pertahanan dan Kementerian Luar Negeri, masih mengupayakan negosiasi terkait dengan penyelamatan para WNI tersebut.
Anak buah kapal Charles 001 yang menarik kapal muat batu bara dari Samarinda itu dicegat pada 21 Juni lalu. Kabar penyanderaan pun meluas seusai istri salah satu WNI yang disandera melapor.
Gatot, yang tengah mengadakan open house untuk memperingati Hari Raya Idul Fitri 1437 Hijriah, menegaskan, TNI siaga menunggu di perbatasan Indonesia-Filipina hingga ada izin bergerak atas kesepakatan kedua negara.
"Hanya kalau ada SOP yang disepakati TNI dan panglima Filipina. Jika tanpa itu kita masuk ke sana, berarti pelanggaran," ujarnya.
Pasukan TNI yang berjaga di perbatasan, kata Gatot, didominasi Gugus Tempur Laut Timur yang memang memiliki wilayah tugas di sana.
Gatot mengatakan kerja sama penyelamatan dengan pihak Filipina terus berlangsung. "Selama ini (kerja sama) berjalan baik, buktinya adalah pembebasan yang lalu. Itu kerja sama dengan Filipina, kalau bukan, tak bisa," tuturnya.
YOHANES PASKALIS