TEMPO.CO, Samarinda - Keluarga WNI anak buah kapal tugboat Charles yang menjadi korban penyanderaan Abu Sayyaf mulai dirundung kekhawatiran. Mereka, yang kebanyakan para istri, tak kunjung menerima informasi kemajuan proses pembebasan suaminya dari tangan para penculik yang kini dikabarkan tengah berada di selatan Kepulauan Sulu, Filipina.
"Masa informasi ke kami disebut hanya berisi sudah ada komunikasi dua arah terus (dengan penculik). Kami ingin tahu negosiasi sampai di mana? Lantas kapan suami kami bisa bebas?" kata Elona, istri Robin Pitet—satu dari tujuh awak kapal Charles yang disandera.
Menurut dia, sampai saat ini, keluarga hanya bisa menunggu kabar yang disampaikan perusahaan tempat sandera bekerja, PT Rusianto Bersaudara. "Kalau begini terus, kami tak pernah tahu kapan suami kami bebas. Yang kami mau tahu, kenapa kok perusahaan kesulitan membebaskannya," ucapnya.
Pada Jumat, 1 Juli 2016, keluarga korban sandera dan sebagian ABK yang bebas menggelar doa bersama di posko ABK Charles korban sandera Abu Sayyaf. Dalam acara itu, Syahril dan Reidgar hadir mewakili awak kapal yang selamat. Elona, Dian Megawati Ahmad, dan orang tua Fery Arifin juga hadir.
"Kami sepakat, Senin pekan depan, akan ke kantor PT Rusianto Bersaudara untuk meminta penjelasan sampai mana proses pembebasan keluarga," ujar Elona.
Juru bicara PT Rusianto Bersaudara, Taufiq Qurrohman, menyatakan saat ini komunikasi dengan para penculik berjalan intens. Tapi, sejauh ini, pemerintah belum mengambil sikap menyangkut proses pembebasan, pembayaran tebusan, atau kesepakatan lain. "Sudah ada permintaan kepada kami untuk menyiapkan sesuatu. Tapi bentuknya apa, masih belum jelas," tutur Taufiq.
Soal sandera, Taufiq menyatakan kondisi ketujuh sandera baik. "Makan mereka dijaga. Sandera juga dibebaskan menjalankan salat dan berpuasa," ucapnya.
Ini hari ke-13 tujuh WNI awak kapal TB Charles disandera kelompok bersenjata Filipina sempalan Abu Sayyaf. Mereka disandera saat berlayar kembali ke Indonesia pada Selasa, 21 Juni 2016.
TB Charles menarik kapal tongkang Robby 152 yang mengangkut batu bara. Saat kembali ke Indonesia, diduga kapal melalui jalur merah yang kerap menjadi sasaran kelompok Abu Sayyaf. "Sampai sekarang, saya sama sekali tak pernah mendengar suara suami saya," ujar Elona.
FIRMAN HIDAYAT