TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu memastikan dua kelompok yang menyandera warga negara Indonesia secara terpisah di Perairan Sulu, Filipina Selatan, berasal dari kelompok Abu Sayyaf. Pada 21 Juni lalu, dua kelompok itu menyergap TB Charles 001 yang dinaiki 13 anak buah kapal. Di dua waktu berbeda, tujuh WNI disandera dan enam lainnya dilepaskan.
"Ini kelompok Abu Sayyaf semua karena mereka sudah di utara Sulu dan di selatan. Kumpul di daerah Mindanao (Filipina Selatan)," kata Ryamizard saat ditemui di kantor Kementerian Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan, Jakarta, Selasa, 28 Juni 2016.
Ryamizard mengatakan pemerintah sudah bergerak untuk penyelamatan lewat TNI. Dia mengatakan pihak Filipina sudah membuka izin bagi TNI untuk masuk ke teritori Filipina dengan syarat khusus, seperti melapor di perbatasan. "Saya sudah panggil asisten operasional (TNI). Saya arahkan ke Gugus Tempur Laut (Guspurla) sana," ujar Ryamizard.
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi pun mengatakan para WNI awalnya disandera dua kelompok berbeda dalam pelataran kapal Charles dari pelabuhan Kota Cagayan de Oro, Filipina, ke Samarinda. "Infonya saat ini mereka sudah berada di satu kelompok, tapi kadang berpindah dan terpecah dalam dua kelompok," ujar Retno di kantor Kementerian Luar Negeri.
Retno menegaskan, kelompok tersebut sempat terdeteksi berada di Pulau Jolo, Perairan Sulu, Filipina Selatan. "Kami ingin menginformasikan tujuh ABK dalam keadaan baik," ujarnya.
Perkembangan para sandera, kata Retno, sudah disampaikan kepada keluarga masing-masing. Para ABK yang tak disandera pun sudah tiba dengan Charles 001 di Balikpapan, 25 Juni lalu. "Mereka (enam ABK) membantu memberikan keterangan kepada TNI Angkatan Laut," kata Retno.
YOHANES PASKALIS