TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan pihaknya belum tahu tentang kondisi para warga negara Indonesia yang diduga disandera di Filipina. "Kami belum tahu," ucapnya di kantornya, Jumat, 24 Juni 2016.
Luhut masih menunggu kabar dari penyelidikan yang dilakukan tim Crisis Center. Hingga saat ini, ujar Luhut, para penyandera ingin meminta uang tebusan. "Angka uang tebusan masih kami verified," ujar Luhut, yang juga masih belum bisa memastikan lokasi penyanderaan.
Kejadian penyanderaan oleh kelompok bersenjata di Filipina membuat pemerintah Indonesia menghidupkan kembali tim Crisis Center yang dipimpin Sekretaris Kementerian Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Eko Wiratmoko. Tim itu bertugas mengidentifikasi masalah penyanderaan ini secara tajam, lalu mencari tahu siapa yang melakukan penyanderaan itu. "Mereka juga mencari tahu kaitan penyandera sekarang dengan yang lalu," tuturnya.
Luhut juga meminta informasi lokasi tepatnya penyanderaan dilakukan. Hasil pencarian informasi tim ini nantinya akan menjadi bahan tambahan bagi pemerintah Indonesia dalam mengambil kebijakan selanjutnya. "Selasa pagi nanti, kami akan rapat lagi untuk menentukan langkah selanjutnya," kata Luhut.
Tujuh warga negara Indonesia diduga disandera kelompok Abu Sayyaf. Kabar penyanderaan awalnya diketahui Dian Megawati Ahmad, 33 tahun, istri mualim I kapal tersebut yang bernama Ismail. Ismail menggunakan nomor telepon lain untuk menghubungi sang istri dan mengatakan dia bersama enam awak lain disandera.
"Suami saya yang telepon, tapi pakai nomor lain. Dia bilang, ‘Kasih tahu ke perusahaan sekarang bahwa saya disandera Abu Sayyaf’," ucap Mega saat ditemui di rumahnya, Kampung Sungai Lais, Kecamatan Sambutan, Kota Samarinda.
MITRA TARIGAN