TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Luhut Binsar Pandjaitan menghidupkan kembali tim Crisis Center untuk menangani penyanderaan tujuh warga negara Indonesia di perairan Filipina selatan. Tim tersebut sudah bergerak mengumpulkan keterangan dan informasi hingga beberapa hari ke depan.
"Selasa pagi mendatang, kami rapat lagi. Baru kita tentukan sikap," ujar Luhut di depan kantornya, Jumat, 24 Juni 2016.
Luhut mengatakan pemerintah masih harus memverifikasi banyak hal terkait dengan penyanderaan terhadap anak buah kapal tugboat Charles 001 dan tongkang Robby 152 milik salah satu perusahaan pelayaran di Samarinda tersebut. "Jadi opsi apa yang akan diambil, ya belum tahu. Kabar ini kan baru resmi kemarin (Kamis) malam," ucap Luhut.
Luhut menyebutkan Menteri Perhubungan sudah berbicara dengan Duta Besar Filipina. Indonesia akan menghentikan sementara pengiriman batu bara ke Filipina. Dia tak menampik bahwa tindakan itu akan berdampak pada perekonomian Indonesia.
"Jadi 96 persen kebutuhan batu bara Filipina selatan berasal dari Indonesia. Ada juga pengaruh ekonomi pada Indonesia. Kan, tadinya kita yang ekspor," tutur Luhut.
Penghentian ekspor tersebut sudah berlangsung sejak dua kasus penyanderaan yang terjadi pada rentang waktu Maret-April 2016. Moratorium pengiriman batu bara itu, kata Luhut, akan terus dilakukan hingga ada jaminan keamanan jalur pelayaran ke Filipina.
"Menteri Perhubungan Indonesia sudah berbicara dengan Duta Besar Filipina terkait dengan jaminan pengamanan lalu lintas laut itu," katanya.
YOHANES PASKALIS