TEMPO.CO, Jakarta - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengatakan korban tewas dalam bencana banjir dan longsor di Kabupaten Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara, telah menewaskan lima orang. "Update terakhir, dua warga masih dinyatakan hilang," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho kepada Tempo, Kamis, 23 Juni 2016.
Sutopo menjelaskan, saat ini pihaknya masih mendata korban dan kerugian yang dialami warga setempat. Sejauh ini tercatat sedikitnya 209 rumah rusak akibat bencana. Karena banjir dan longsor, 44 unit rumah rusak berat, 116 unit rumah rusak sedang, dan 49 unit rumah rusak ringan.
Fasilitas publik dan infrastruktur juga rusak parah, seperti dua jembatan dan jalan raya sepanjang 1 kilometer. "Saat ini ada lima kampung dan tiga kecamatan terisolasi," ucap Sutopo.
Sutopo menjelaskan, kawasan perkebunan dan pertanian seluas 10 hektare milik warga juga rusak. Saat ini, tim gabungan telah menyelamatkan warga dan mengungsikan mereka ke Gereja Imanuel dan SD Kolongan Beha. Di tempat itu, ada 610 jiwa yang masih mengungsi.
Tim Reaksi Cepat BNPB saat ini masih berada di lokasi bencana. Tim yang dipimpin Direktur Tanggap Darurat BNPB melancarkan aksi sejak Rabu, 22 Juni. BNPB menyerahkan bantuan dana siap pakai untuk operasional penanganan darurat senilai Rp 350 juta, yang diterima Bupati Kepulauan Sangihe.
BNPB tengah mengkaji bantuan siap saji serta meninjau lokasi pengungsian. BPBD Provinsi Sulawesi Utara juga telah menyalurkan bantuan logistik dan peralatan. BPBD Sangihe bersama TNI, Polri, SAR, SKPD, dan lainnya juga melakukan penanganan terhadap warga pengungsi.
Kebutuhan mendesak saat ini adalah kebutuhan dasar pengungsi, seperti dapur umum, air bersih, WC darurat, manajemen pengungsian, penggalian longsoran yang menimbun korban jiwa, pembukaan akses jalan, normalisasi alur sungai, perbaikan sarana air bersih, dan perbaikan jaringan listrik. Bencana itu terjadi pada Senin, 20 Juni.
AVIT HIDAYAT