TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Luar Negeri Retno Marsudi belum menanggapi kabar baru mengenai penyanderaan tujuh warga negara Indonesia yang diduga dilakukan kelompok militan Filipina, Abu Sayyaf. Kabar tersebut pertama muncul Rabu, 22 Juni 2016, dari istri satu WNI yang diduga menjadi sandera.
"Besok baru Kemlu akan memberikan pernyataan (terkait dengan penyanderaan tersebut)," ujar Retno pada Tempo lewat pesan WhatsApp, Kamis, 23 Juni 2016.
Menteri Retno belum membenarkan kabar bahwa penyanderaan tersebut memang menimpa tujuh WNI yang merupakan AKB kapal tarik Charles milik PT Rusianto Bersaudara yang berlayar dari Samarinda, Kalimantan Timur, pada awal Juni lalu.
Kabar itu tersebar pertama kali melalui Dian Megawati Ahmad, istri salah satu ABK kapal tersebut, Ismail. Dia mengaku sempat ditelepon suaminya, yang meminta agar pesan penyandera disampaikan ke perusahaan kapal.
Mega, yang merupakan warga Kampung Sungai Lais, Kecamatan Sambutan, Kota Samarinda, mengaku sempat ditelepon sejumlah nomor yang berbeda. Sang penelepon menuntut sejumlah hal pada wanita berumur 33 tahun tersebut, dan salah satunya menyampaikan tuntutan tebusan hingga 20 juta ringgit.
Kabar ini sempat ditampik Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo saat ditemui Rabu malam, di Jakarta. Ketika itu, Gatot memastikan isu penyanderaan itu bohong, dan hanya merupakan rekayasa.
YOHANES PASKALIS