TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Komisi Pertahanan Dewan Perwakilan Rakyat T.B. Hasanuddin menilai TNI belum perlu menambah pasukan atau memperkuat pangkalan militer di perairan Natuna, terkait dengan memanasnya hubungan dengan Cina. Namun, dia tetap meminta TNI selalu waspada.
"Harus siap bertahan dan membela diri bila terpaksa," kata Hasanuddin di Kompleks Parlemen, Senayan, Rabu, 22 Juni 2016.
Kondisi di perairan Natuna kembali memanas menyusul insiden antara kapal perang Indonesia dan Cina kembali terjadi saat KRI Imam Bonjol milik TNI AL, menangkap kapal ikan Han Tan Cou 19038 yang kedapatan beroperasi di wilayah Laut Natuna, Jumat pekan lalu.
Kala itu, dua kapal penjaga pantai (coast guard) Cina bernomor lambung 3303 dan 2501 bergantian mendesak agar kapal nelayan berbendera Cina tersebut dilepaskan oleh kapal TNI AL.
Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo sebelumnya mengatakan TNI sudah melakukan antisipasi guna mengamankan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Indonesia. "Antisipasi kami ya menangkap (kapal) itu, kalau tak menangkap, berarti kita cuma tidur," kata Gatot.
Menurut Gatot, TNI telah memperketat pengawasan dengan mengerahkan lima KRI dan pesawat CR 212 untuk mengintai.
Meskipun kondisi memanas, Hasanuddin berharap agar masalah tersebut bisa diselesaikan secara diplomasi. Menurut dia, Cina tetaplah negara sahabat bagi Indonesia. "Yang paling penting, solusi damai dulu," katanya.
AHMAD FAIZ | YOHANES PASKALIS