TEMPO.CO, Padang - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan, ditinjau dari kondisi atmosfer, ada beberapa indikasi yang menunjukkan munculnya potensi hujan lebat di wilayah Indonesia. Kondisi tersebut menyebabkan terjadinya cuaca ekstrem di Kota Padang dan sekitarnya.
Deputi Bidang Meteorologi BMKG Yunus S. Swarinoto mengatakan penyebab cuaca ekstrem itu adalah suhu muka laut perairan Indonesia barat di atas normal, masuknya aliran massa udara basah dari Samudra India di maritim kontinen Indonesia, dan lemahnya aliran massa udara dingin Australia di wilayah Indonesia.
"Ini diperkirakan memberikan kontribusi pada peningkatan curah hujan," ujarnya, Jumat, 17 Juni 2016.
Selain itu, kata dia, ada daerah pertemuan dan belokan angin di wilayah Sumatera serta Kalimantan yang mengakibatkan kondisi atmosfer menjadi tidak stabil. Gangguan itu meningkatkan potensi petir dan angin kencang.
Kondisi tersebut menyebabkan terjadinya hujan dengan intensitas lebat di beberapa wilayah di Indonesia. Selain Kota Padang, curah hujan tinggi diperkirakan terjadi di Aceh, Sumatera Utara, Ria, Bengkulu, Bangka Belitung, Sumatera Selatan, Lampung; DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur; Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara; serta Maluku dan Papua.
"Untuk itu, masyarakat harus meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi bencana, seperti banjir, banjir bandang, tanah longsor, genangan, dan pohon tumbang," ujarnya.
Operator jasa transportasi laut juga dapat mewaspadai potensi hujan lebat dan gelombang tinggi yang berpeluang terjadi di perairan selatan Sumatera, Jawa, hingga Bali-Nusa Tenggara Timur.
Kepala Seksi Observasi BMKG Stasiun Meteorologi Minangkabau Budi Samiaji mengatakan curah hujan di Kota Padang dan sekitarnya sangat ekstrem. Intensitasnya mencapai 424 milimeter.
"Curah hujan mulai pukul 16.00 kemarin hingga pukul 13.00 WIB hari ini mencapai 424 milimeter. Cuaca sangat ekstrem," ujarnya, Jumat, 17 Juni 2016.
ANDRI EL FARUQI