TEMPO.CO, Bengkulu - Menteri Sosial Khofifah Indar Prawansa menyerahkan bantuan uang Rp 238,729 miliar untuk keluarga penerima Program Keluarga Harapan (PKH), Kelompok Usaha Bersama (Kube), lansia, kelompok disabilitas, dan Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni dalam kunjungannya ke Bengkulu, Jumat, 17 Juni 2016.
Khofifah berharap dana bantuan sosial tersebut dapat digunakan untuk peningkatan kualitas dan taraf kehidupan bagi mereka. “Uang bantuannya jangan digunakan dan dihabiskan untuk beli pulsa, tapi dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk sekolah anak,” kata Khofifah di hadapan ratusan penerima PKH Kota Bengkulu yang berkumpul di kantor Pos Cabang Padang Jati Kota Bengkulu.
Bantuan yang diberikan, antara lain PKH sebesar Rp 61,179 miliar untuk 29.208 keluarga, bantuan lanjut usia Rp 1,440 miliar bagi 600 jiwa, bantuan disabilitas Rp 1,904 miliar bagi 529 jiwa, dan bantuan beras sejahtera bagi 123.671 keluarga.
Bantuan kendaraan siaga bencana Rp 3,821 miliar untuk 18 unit kendaraan, bantuan Kube Rp 6,860 miliar untuk 343 kelompok, dan Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni Rp 1,8 miliar untuk 120 unit rumah.
Dalam kesempatan itu pula, khofifah menyampaikan jika pada tahun ini program Kube dan Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni akan diprioritaskan bagi penerima PKH. “Mulai tahun ini, prioritas Kube adalah keluarga PKH, tapi syaratnya dalam bentuk kelompok yang anggotanya paling sedikit sepuluh orang,” papar Khofifah.
Selain memberikan bantuan sosial, Menteri Khofifah juga memberikan penghargaan dan hadiah kepada anak-anak dari keluarga penerima PKH yang berprestasi. “Kita berharap anak-anak dari Program Keluarga Harapan dapat berprestasi, anak-anak yang ada di sini sekarang diharapkan dapat menginspirasi anak-anak lainnya,” harap Khofifah.
Salah seorang penerima PKH asal Kota Bengkulu, Sri Ningsih, mengatakan berkat ini, dia dapat menyekolahkan ketiga anaknya. “Sekolah memang gratis, tapi kan kita juga butuh uang untuk beli buku dan transport ke sekolah jika tidak ada dana PKH saya tidak tahu bagaimana anak saya sekolah,” kata Sri yang sehari-hari hanya menjadi buruh cuci.
Ibu dari tiga anak, ini terpaksa membesarkan anak-anaknya sendirian setelah suaminya meninggal sejak lima tahun lalu. Uang dari bekerja sebagai buruh cuci hanya cukup untuk makan sehari-hari. “Saya juga bersyukur dana PKH bisa cair sebelum Lebaran dan tahun ajaran baru, sehingga kami bisa berlebaran dan membeli kebutuhan sekolah anak saat ajaran baru nanti,” ungkapnya.
PHESI ESTER JULIKAWATI