TEMPO.CO, Majalengka - Peternak sapi lokal di Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, menolak masuknya sapi impor. Keberadaan sapi impor, menurut mereka, membuat harga sapi lokal anjlok.
Suhri, peternak sapi asal Kelurahan Babakan Jawa, Kecamatan Majalengka, menuturkan semula harga rata-rata sapi hidup di tingkat peternak Rp 20 juta per ekor. Namun, setelah pemerintah memutuskan untuk mengimpor sapi secara besar-besaran menjelang lebaran, harga sapi lokal turun menjadi Rp 17 juta per ekor.
"Kami jelas menolak masuknya sapi impor tersebut," ungkap Suhri. Alasanya, dengan harga jual tersebut peternak mengalami kerugian karena tidak mampu menutupi biaya pakan maupun perawatan sapi mereka.
Suhri mengatakan, di Kelurahan Babakan Jawa terdapat puluhan peternak sapi. Untuk persiapan lebaran, mereka telah memelihara sekitar 500 hingga 600 ekor sapi.
Namun, anjloknya harga sapi lokal akibat masuknya sapi impor membuat peternak di daerah itu berencana menahan sapi mereka. Para peternak menunggu harga sapi hidup di pasaran kembali membaik. "Kalau dilepas sekarang, kami merugi," ungkap peternak lainnya, Santoso.
Santoso berharap pemerintah bisa bijak dalam mengambil keputusan terkait impor. "Pemerintah seharusnya lebih memberdayakan peternak lokal daripada membuka keran impor sapi," kata Santoso.
IVANSYAH