TEMPO.CO. BANDUNG – Ketua Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Provinsi Jawa Barat Netty Heryawan miris dan prihatin dengan kondisi generasi penerus bangsa yang tidak berkarakter dan layu sebelum berkembang.
“Salah satu yang membentuk karakter anak adalah pola asuh orang tua dan ada tiga jenis orangtua dalam mendidik dan mengasuh anaknya,” kata Netty pada Tausiyah Jalan Cinta Ramadhan 2 yang digagas oleh Majelis Da’arul Akhirat (MDA) di Mesjid Agung TSM Bandung pada Selasa, 14 Juni 2016.
Baca Juga:
Ketiga pola asuh itu, lanjut Netty, pertama, disebut dengan orangtua nyasar, yaitu orangtua yang menginginkan anaknya menjadi soleh namun tidak dapat memberikan contoh dan teladan yang baik. Kedua, orangtua bayar, atau orangtua yang hanya mencari tempat dan membayarnya untuk mencetak prestasi dan membangun akhlak anak. Ketiga, orangtua sadar yaitu orangtua yang mengerti bagaimana mendidik dan menyayangi anak mereka untuk membentuk karakter anak yang soleh.
“Hakikatnya sebagai orangtua seharusnya menjaga, menyayangi dan melindungi anak-anak. Bukan sebaliknya yang melakukan kekerasan dan penelantaran yang menyebabkan kerawanan sosial seperti sekarang ini,” kata Netty.
Menurut dia, fenomena kekerasan yang semakin marak saat ini bermula dari Pohon Kekerasan. Penyebab tindak kekerasan yaitu kemiskinan dan relasi kuasa. Hal tersebut didukung oleh beberapa faktor, seperti pernikahan dini, disharmoni dan kesalahan pola pengasuhan anak serta dipicu dengan konsumsi miras dan terpaparnya pornografi. Netty tidak memungkiri kemajuan teknologi dapat menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi pergeseran nilai dan pola pengasuhan terhadap anak.
Baca Juga:
Untuk mengatasi berbagai masalah tersebut, Netty menganjurkan para orangtua untuk meneladani pola asuh keluarga Rasul. “Saya ingin menyampaikan sesuai pesan dari Nabi Muhammad SAW yaitu didiklah anakmu untuk mengenal nabinya, kenalkan keluarga seperti keluarga Nabi dan kenalkan Al-Quran pada anak-anak,” ujar Netty.
Netty berharap bulan Ramadhan ini dapat menjadi momentum bagi keluarga Jawa Barat untuk membangun kebersamaan dengan membentengi anak oleh imunitas yang kuat serta tanamkan nilai-nilai agama yang baik hingga dewasa.
Netty Heryawan mengatakan, bahwa timbulnya kerawanan sosial salah satunya dipicu oleh kekerasan terhadap perempuan dan anak. “Kekerasan yang dilakukan oleh pelaku mempunyai pengaruh besar terhadap kesejahteraan masyarakat,” ujar Netty pada Konsolidasi Nasional Forum Perempuan Aliansi BEM Se Indonesia dengan tema "Peran Perempuan Dalam Perlindungan Dilihat Dari Tingkat Kerawanan Sosial Masyarakat” di Aula Fakultas Industri Kreatif Telkom University Bandung pada Senin, 13 Juni 2016. (*)