TEMPO.CO, Banda Aceh - Jalur jalan nasional menuju wilayah barat Aceh hingga saat ini belum normal akibat tanah longsor di bukit Gle Pulot, Kecamatan Leupung, Aceh Besar, yang terjadi Minggu sore, 12 Juni 2016.
“Masih ada batu besar yang belum dipindahkan. Kami masih mengupayakan alat berat ukuran besar,” kata pelaksana tugas Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Aceh Besar, Ridwan Jamil, kepada Tempo, Selasa, 14 Juni 2016.
Menurut Ridwan, sebagian badan jalan sudah bersih, tapi sebagian lagi belum. Karena itu, kendaraan yang melintas dari dua arah harus diatur satu per satu agar bisa melewati jalan itu. Diterapkan pula sistem buka-tutup jalan agar arus lalu lintas tidak mengalami kemacetan.
Ridwan menjelaskan, sejak terjadi tanah longsor, pembersihan reruntuhan tanah dan batu langsung dilakukan dengan mengerahkan alat berat. Meski demikian, arus lalu lintas sempat mengalami kemacetan beberapa jam.
Pada Minggu malam pukul 21.30 WIB, sebagian jalan secara berangsur-angsur bisa dilalui kendaraan. “Pembersihan jalan masih terus dilakukan karena lalu lintas kendaraan hanya satu jalur,” ujar Ridwan, seraya meminta para pengguna jalan bersabar dan hati-hati melalui jalur itu. “Rawan longsor susulan bila terjadi hujan.”
Salah seorang warga Lhoong, Aceh Besar, David, membenarkan masih ada beberapa batu besar di badan jalan yang belum dapat dipindahkan. "Kendaraan masih antre untuk lewat dari dua arah," ucapnya.
Jalur jalan nasional tersebut sangat vital karena menghubungkan Banda Aceh sebagai Ibu Kota Provinsi Aceh dengan kabupaten yang ada di pantai barat dan selatan Aceh, seperti Aceh Jaya, Aceh Barat, Aceh Barat Daya, Nagan Raya, Aceh Selatan, sampai ke Subulussalam dan Singkil.
Jalur tersebut rawan longsor, khususnya di tiga titik, yakni Gle Pulot, Gle Paro, dan Gunong Kulu. Ketiganya berada dalam wilayah Aceh Besar.
ADI WARSIDI