TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Penerangan Kodam IX/Udayana Kolonel Inf. J.Hotman Hutahaean membantah adanya rencana untuk mempersenjatai kalangan preman di Bali yang akan diikutkan dalam pelatihan bela negara. Dia juga menilai tidak tepat penterjemahan organisasi kemasyarakatan (ormas) dan preman sebagai `gangster` sehingga identik dengan pelaku kejahatan terorganisir seperti di negara lain.
“Pelatihan bela negara bagi ormas itu pun masih wacana yang belum jelas kapan pelaksanaannya karena anggarannya diharapkan berasal dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Bali,” ujarnya, Selasa, 14 Juni 2016.
Wacana pelatihan bela negara itu berasal dari Panglima Kodam IX Udayana yang kemudian direspon dengan baik oleh Gubernur Bali Made Mangku Pastika. Tujuannya adalah agar ada kesadaran untuk menempatkan kepentingan bela negara dan pengabdian kepada masyarakat dibandingkan kepentingan yang lain. Kini pihaknya sudah menyiapkan rencana kerja sambil menunggu kepastian anggaran.
Adapun yang dimaksud kalangan preman adalah kelompok-kelompok pemuda yang masih menganggur dan masih mencari pekerjaan dan tergabung dalam ormas. “Mungkin dengan pelatihan itu nantinya bisa digunakan sebagai nilai tambah saat mencari kerja,” ujarnya.
Sedangkan mengenai ormas yang diikutkan dalam pelatihan ini, menurutnta, tergantung pada data yang diberikan Badan Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat Provinsi Bali. “Kami hanya menerima data dan melakukan pelatihan,” ujarnya.
Mengenai materi pelatihan, menurutnya, adalah mengenai materi wawasan kebangsaan ditambah sejumlah ketrampilan seperti baris berbaris, siaga bencana serta upacara dan penghormatan. Kalau pun diperkenalkan dengan persenjataan, tidak akan sampai pada pelatihan menggunakan senjata. “Sifatnya seperti memberi informasi saja. Kan boleh saja. Seperti di pameran alustista itu dimana rakyat diberi informasi mengenai senjata yang dibeli dari uang rakyat,” ujarnya.
Sementara itu Pelatihan Bela Negara yang sudah pasti akan dilaksanakan adalah pelatihan bagi pelajar dan mahasiswa pada 24 Juni mendatang di di Rindam IX/Udayana, Tabanan, Bali selama 5 hari. “Materi pelatihannya sama saja dan tidak ada yang khusus,” ujarnya. Diharapkan pelatihan itu akan semakin meningkatkan semangat untuk membela negara dan berbuat yang terbaik untuk bangsa ini.
ROFIQI HASAN