TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu membantah adanya pelatihan kelompok preman di Bali menggunakan senjata dalam hal program bela negara yang digaungkan lembaganya. "Tidak benar, yang saya latih tidak menggunakan senjata," katanya di Gedung DPR, Jakarta, Senin, 13 Juni 2016.
Ryamizard mengaku tidak tahu menahu soal kelompok preman yang dikabarkan mendapat pelatihan tersebut. "Tidak tahu saya, nanti lah," tuturnya.
Baca Juga:
Ryamizard menegaskan kurikulum mengenai bela negara disusun tanpa memakai senjata. Penggunaan senjata baru diberikan bila ancaman negara meningkat.
Kepala Penerangan Komando Daerah Militer IX Udayana Letnan Kolonel Infanteri J. Hotman Hutahaean mengatakan pengenalan senjata kepada para preman merupakan bagian dari materi bela negara. Para peserta diharapkan dapat merasakan pengalaman perang. Ia menambahkan pelatihan ini yang pertama melibatkan preman. "Tujuannya membuat mereka jadi warga negara yang baik," katanya pekan lalu.
Pelatihan militer yang dianggap bagian dari bela negara bertujuan untuk menjaga negara dari pengaruh ideologis dan nonideologis asing. Kegiatan ini sudah lama direncanakan militer dan Kementerian Pertahanan. Bahkan, sempat muncul wacana wajib militer.
AHMAD FAIZ | DANANG FIRMANTO