TEMPO.CO, Padang - Konflik antara harimau dengan warga di beberapa daerah di Provibsi Sumatera Barat kerap kali terjadi. Sejak awal 2016, setidaknya terjadi tiga kasus. “Ada kemungkinan kawasan konservasi sudah mulai terganggu, sehingga sejumlah binatang, termasuk harimau masuk ke pemukiman warga untuk mencari makan,” kata Kepala Seksi Konservasi Wilayah III, Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Barat Surajiya kepada Tempo, Minggu, 12 Juni 2016.
Surajiya tidak bisa menjelaskan secara pasti penyebab berpindahnya harimau dari habitatnya, lalu berkeliaran mencari makan di pemukiman penduduk. Namun kawasan konservasi, kerap kali dalam kondisi tidak aman. Salah satu gangguannya adalah kegiatan perburuan babi hutan yang menggunakan anjing.
Meski begitu, Surajiya bisa menjelaskan dua harimau yang berhasil ditangkap diduga berasal dari wilayah Taman Nasional Kerinci Seblat. “Dari tiga konflik dengan masyarakat, dua ekor harimau Sumetera terjerat perangkap selama 2016,” ujar dia.
Kasus pertama terjadi di Nagari Mandeh, Pesisir Selatan. Harimau Sumatera terjerat perangkap babi yang dipasang warga. Harimau itu memangsa tanaman warga di ladang. Warga tidak mampu mengusirnya. Cara yang digunakan adalah memasang perangkap guna mengamankan ladang warga. “Kaki harimau itu terpaksa diamputasi, karena lukanya sudah membusuk,” ujar Surajiya, seraya menjeskan saat ini harimau itu berada di Kebun Binatang Bukittinggi.
Kasus kedua terjadi di Silaut. Harimau tetap berkeliaran meski beberapa kali diupayakan mengusirnya. Harimau itu malah merusak jok sepeda motor dan helm warga yang sedang berada di ladang. Setelah disisir, harimau tersebut tidak ditemukan.
Kasus ketiga terjadi Kabupaten Pesisir Selatan. Seperti diberitakan sebelumnya, seekor harimau Sumatera ditemukan terjerat dalam perangkap yang dibuat BKSDA Sumatera Barat, di Balai Selasa, Ranah Pesisir, Kabupaten Pesisir Selatan. "Masyarakat setempat melapor sapi mereka sering dimakan harimau," ucap Surajiya.
Menurut dia, BKSDA membuat perangkap guna menangap harimau itu untuk kemudian dipindahkan ke habitatnya. Perangkap dipasang pada Sabtu, 4 Juni 2016. Tak sampai sepekan, tepatnya Jumat, 10 Juni 2016, harimau berjenis kelamin betina itu terperangkap. Sabtu, 11 Juni 2016, BKSDA bersama masyarakat setempat telah mengevakuasi harimau dari dalam perangkap. "Kondisinya 90 persen sehat. Hanya ada sedikit lecet di punggung dan ekor, kemungkinan terkena besi saat terjerat perangkap," katanya.
Surajiya mengatakan, harimau yang berumur lima tahun itu kemungkinan besar akan dilepaskan kembali ke habitatnya, yakni di kawasan konservasi. Namun, BKSDA sedang melakukan survei lokasi konservasi yang cocok dengan harimau tersebut. Di antaranya di Pangena, Malampeh dan Barisan Sabtu.
Hingga saat ini BKSDA Sumatera Barat belum memutuskan di kawasan konservasi mana harimau itu dilepas. Itu sebabnya untuk sementara waktu harimau itu dititipkan dulu di Kebun Binatang Bukittinggi.
ANDRI EL FARUQI