TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan pemerintah sudah lama menerima usul pembangunan penjara khusus teroris. Namun pemerintah tidak merealisasikan ide tersebut karena keberadaan penjara khusus teroris dinilai lebih berbahaya. "Kalau disatukan, dia bikin universitas, senior mengajar yunior untuk lebih aktif," kata JK di kantor Wakil Presiden, Jakarta, Jumat, 10 Juni 2016.
JK mengatakan pemakaian penjara umum untuk terpidana terorisme memang bisa berbahaya. Sebab, terpidana terorisme dapat saja menularkan paham-paham radikal yang mereka yakini kepada para terpidana kriminal lain. Namun, kata JK, membangun penjara khusus teroris dan menyatukan terpidana kasus terorisme juga bukan pilihan yang lebih baik.
Dia mencontohkan, gembong teroris Santoso yang merekrut tahanan anak muda di dalam penjara. Contoh lain, kata dia, adalah kasus kelompok Negara Islam Irak dan Suriah atau ISIS. JK mengatakan hampir semua pemimpin ISIS merupakan bekas tahanan yang pernah mendekam di penjara Irak. "Di penjara lebih radikal setelah keluar karena bersama-sama," ujarnya.
Adapun ide membangun penjara khusus teroris ini diusulkan oleh kepolisian. Korps Bhayangkara beralasan pembangunan lembaga pemasyarakatan khusus terpidana teroris bertujuan agar terpidana kriminal biasa tidak terpengaruh paham radikal. Usul ini terkait dengan peristiwa penangkapan tiga terduga terorisme jaringan Shibgho yang berencana melakukan teror di Surabaya dua hari lalu.
Tiga orang yang ditangkap itu adalah Priyo Hadi Purnomo, Jefri Rahmawan, dan Feri Novendi. Polisi menduga para terduga teroris tersebut terpengaruh paham radikal saat mendekam di lembaga pemasyarakatan di Porong, Sidoarjo, Jawa Timur.
Namun JK mengatakan LP biasa maupun LP khusus teroris sama-sama mengandung risiko. Namun, di antara dua pilihan tersebut, JK menganggap membangun LP khusus teroris jauh lebih berisiko. "Semua ada risiko. Kalau disatukan kriminal lainnya, dia bisa mengajak kriminal biasa. Tapi di antara mereka (di penjara khusus teroris) lebih radikal kalau bersama-sama," tuturnya.
AMIRULLAH