TEMPO.CO, Pangandaran - Gelombang pasang menerjang obyek wisata Pantai Pangandaran, Kabupaten Pangandaran. Semua garis pantai di Pantai Pangandaran terkena dampak gelombang pasang setinggi 1-1,5 meter itu. "Semuanya kena dampak," ucap Boto, nelayan di Pangandaran, Kamis, 9 Juni 2016.
Boto mengatakan nelayan di Pangandaran tidak bisa melaut. Selain merusak sejumlah perahu, gelombang tinggi menyapu bersih ratusan jaring nelayan."Ya jelas, mengurangi penghasilan, jaring hilang, perahu rusak," ujarnya.
Tak hanya nelayan yang merasakan dampak bencana tersebut, para pemilik warung di bibir pantai juga kehilangan pendapatan karena tidak bisa berjualan. Roliah, pemilik warung, menuturkan sudah menutup warungnya sejak Rabu kemarin. "Warung-warung di sini pada tutup. Air masuk warung," ucapnya.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pangandaran Nana Ruhena menjelaskan, di wilayahnya, ada 17 desa di enam kecamatan yang diterjang gelombang pasang. Di 17 desa tersebut, air laut mengalami peningkatan setinggi 1-1,5 meter. "Salah satu daerah terdampak adalah Desa Pangandaran," katanya.
Di Desa Pangandaran, ujar dia, ada sekitar 130 warung yang terendam air, baik di pantai timur maupun barat. Ada pula perahu yang terbalik dan dinding luarnya lecet-lecet. "Di desa lain, yakni Desa Bagolo, ada enam rumah yang terendam. Di Batu Karas, warung terendam dan perahu ada yang rusak," tuturnya.
Meski ada warung dan perahu yang rusak, Nana menjelaskan, secara umum, kondisi di lokasi bencana masih aman dan terkendali. "Kami siap siaga. Relawan BPBD dan dari Dinas Pariwisata siaga," ucapnya.
Nana mengatakan BPBD sudah mengimbau masyarakat dan wisatawan mewaspadai gelombang pasang. Selain itu, relawan BPBD terus memantau situasi di 17 desa rawan gelombang pasang. "Kami membantu proses evakuasi warung-warung dan perahu milik nelayan. Kami juga mendirikan posko siaga rob di kantor BPBD," ujar Nana.
CANDRA NUGRAHA