TEMPO.CO, Lumajang - Banjir rob menerjang lokasi di sepanjang 75 kilometer garis pantai pesisir selatan Lumajang, Jawa Timur, dalam beberapa hari terakhir ini. Rob paling parah melanda Desa Wotgalih, Kecamatan Yosowilangun; Desa Selok Awar-awar, Kecamatan Pasirian; dan Desa Buluhrejo, Kecamatan Tempursari.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah Lumajang menyebutkan hektaran lahan pertanian di Dusun Meleman, Wotgalih, terendam rob. Rob juga mengakibatkan jalan penghubung Pasirian-Tempursari putus total. "Jalan Pantai Watu Godek tidak bisa dilewati kendaraan roda dua maupun roda empat," kata Samsul, warga Buluhrejo, Selasa, 7 Juni 2016.
Bangunan Tempat Pelelangan Ikan Tempursari pun rusak diterjang gelombang rob. Adapun sekitar 5.000 pohon cemara di Pantai Buluhrejo tumbang. Badan penanggulangan bencana setempat memasang bronjong di pesisir Pantai Watu Godek. Namun, karena terjangan ombak cukup kuat, kegiatan tersebut terhenti.
Pantai Watu Pecak tak luput dari bencana rob. Kondisi pantai rusak berat lantaran adanya penambangan pasir ilegal yang pernah ditentang Salim Kancil (almarhum). "Telah terjadi abrasi besar di pesisir selatan Lumajang. Banyak sawah terendam air laut dan gagal panen akibat penambangan di pesisir," kata Hamid, salah seorang warga.
Data BPBD Lumajang menyebutkan enam rumah di Dusun Selok Orkesan, Desa Selok Awar-awar, ambruk diterjang banjir rob. Sebanyak 250 batang pohon cemara udang bertumbangan. Komandan tim reaksi cepat BPBD Lumajang, Wawan Hadi, mengatakan pihaknya telah mendistribusikan bahan kebutuhan pokok dan makanan siap saji kepada warga yang terkena rob.
Menurut Wawan, rob kali ini adalah dampak anomali cuaca. Pihaknya telah mengirimkan relawan untuk memantau kondisi sepanjang pesisir Lumajang. Ketika ditanya sampai kapan anomali cuaca ini bakal terjadi, Wawan tidak tahu. "Belum ada surat dari BMKG terkait dengan anomali cuaca ini," katanya.
DAVID PRIYASIDHARTA