Harian New York Times menulis, target baru mantan Bupati Belitung Timur itu adalah mengguncang sistem politik nasional yang dikuasai kelompok oligarki.
Koran ini kemudian mengutip Charlotte Setijadi, periset di program studi Indonesia di Institut Studi Asia Tenggara-Yusof Ishak yang berbasis di Singapura.
Charlotte mengatakan, Ahok menampilkan dirinya sebagai sosok alternatif melawan sistem politik yang memuakkan banyak rakyat Indonesia. "Keberaniannya itu akan menolong dia meraup suara pada Pilkada DKI," ujarnya.
Para pemilih muda dan kaum kelas menengah ke bawah terpikat dengan kinerja Ahok. Seperti percepatan pembangunan infrastruktur seperti MRT dan program Kartu Jakarta Pintar dan Kartu Jakarta Sehat.
New York Times dalam laporannya juga menulis "Teman Ahok". Untuk membiayai operasional organisasi, kelompok fanatik pendukung Ahok ini dilaporkan menjual t-shirt, merchandise, dan stiker.
Baca juga:
PilkadaDKI: Inikah 3 Pemicu Ahok Bakal Menyerah pada Partai?
Tantangan Ramadan: Di Sini Anda Harus Berpuasa Selama 21 Jam
Laporan New York Times menyatakan, Ahok memilih jalur independen demi menghindari bernasib sama seperti Presiden Joko Widodo.
Mantan Wali Kota Solo ini terkadang mendapatkan kesulitan dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P). Ahok disebut menolak tawaran dukungan dari PDI-P untuk maju sebagai calon Gubernur Jakarta.
Namun New York Times belum memasukkan perkembangan terkini dimana PDIP makin kuat mendukung pasangan Ahok dan Djarot Syaiful Hidayat, kader partai berlambang banteng bermoncong putih.
Ketua Bidang Hubungan Internasional PDI Perjuangan, Andreas Pareira menjelaskan dari hasil evaluasi internal menunjukkan masyarakat puas terhadap kinerja Ahok-Djarot. Keduanya dinilai berhasil mengatasi masalah krusial Ibu Kota seperti banjir dan lambatnya pengurusan izin.
Politikus PDIP, Charles Honoris mengatakan Ahok tak perlu mendaftar dan menjalani tes uji kelayakan jika bergabung dengan partainya. Apalagi jika kelak Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri memberikan "lampu hijau" bagi pasangan Ahok-Djarot.
Bagaimana dengan Ahok? "Saya bukan menutup peluang dari PDI Perjuangan karena dari dulu saya bagian dari mereka. Saya sedikit nggak enak sama Teman Ahok," kata Ahok yang menjadi anggota DPR dari Partai Golkar pada 2009-2014 dan kemudian menjadi politisi Partai Gerindra.
UWD
Baca juga:
Teman Ahok Siap Galau? Ini 3 Pendorong Ahok Lari ke Partai
Pilkada DKI: Tiga Pemicu Ahok Bakal Kompromi dengan Partai