TEMPO.CO, Jakarta - Pemimpin Redaksi Jakarta Post Endy Bayuni mengaku terpukul mendengar wafatnya mantan Duta Besar Australia Sabam Siagian. Bagi Endy, Sabam adalah gurunya. "Ia guru saya sehingga saya bisa menempati posisinya beberapa tahun kemudian," kata Endy saat dihubungi, Jumat, 3 Juni 2016.
Sabam, selaku Pemimpin Redaksi Jakarta Post yang pertama adalah salah satu orang yang mewawancarai Endy saat pertama kali menjadi reporter di media berbahasa Inggris itu. "Mentor saya ini sangat berintegritas tinggi sebagai wartawan," ujarnya.
Endy pun mengingat Sabam sebagai orang yang sangat perfeksionis. Walau sedang ada acara di luar, Sabam rela kembali ke kantor beberapa kali hingga menunda pencetakan koran yang biasanya dimulai pukul 24.00 sebelum memastikan tulisan tajuk atau berita utama dibacanya dengan saksama. "Walaupun akhirnya yang diubah hanya satu kalimat atau satu paragraf," tuturnya.
Endy pun mengingat Sabam sebagai orang yang sangat mengedepankan sejarah. Menurut Endy, karena sangat menjunjung sejarah, Sabam selalu mempertanyakan latar belakang suatu masalah serta membandingkan masalah saat ini dengan keadaan masa lalu sebelum menulis sesuatu. "Sudah jarang jurnalis yang menulis perspektif sejarah," ucapnya.
Sabam Pandapotan Siagian meninggal dunia pada usia 84 tahun karena komplikasi penyakit diabetes yang dideritanya. "Bapak sudah setahun terakhir cuci darah tiga kali dalam sepekan," kata putra sulung Sabam, Tagor Malasak Siagian, saat dihubungi pada 3 Juni.
Tagor mengatakan seharusnya, pada Kamis kemarin, Sabam harus melakukan cuci darah kembali. Namun kondisi tubuhnya lemah dan cuci darah pun tidak terlaksana. "Racun yang harusnya dikeluarkan jadi tetap di dalam tubuh hingga kondisinya semakin menurun," ujar Tagor. Sabam, yang meninggal pada Jumat pukul 16.25, meninggalkan istri yang sedang sakit serta dua anak laki-laki.
Sabam disemayamkan di rumahnya di Jalan Anggur Barat II Nomor 2, Cipete Selatan, Jakarta Selatan. Pemilik tanda kehormatan bintang Jasa Utama itu baru akan dimakamkan pada Ahad sore, menunggu satu anaknya pulang dari Singapura. "Kami sedang usahakan Bapak dimakamkan di Taman Makam Pahlawan," tutur Tagor, yang sedang berkomunikasi dengan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi. Menurut Tagor, saat Sabam menjadi duta besar di Australia, Retno adalah kepala penerangannya.
MITRA TARIGAN