Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Aktivis Desak Polisi Hentikan Sweeping Ramadan  

Editor

Raihul Fadjri

image-gnews
Sejumlah massa ormas Islam saat melakukan sweeping dan sosialisasi penutupan tempat hiburan, di kawasan jalan Diponegoro, Surabaya, Jawa Timur, Selasa (17/7). Sosialisasi ini sebagai anjuran penutupan tempat hiburan malam menyambut bulan Ramadan. TEMPO/Fully Syafi
Sejumlah massa ormas Islam saat melakukan sweeping dan sosialisasi penutupan tempat hiburan, di kawasan jalan Diponegoro, Surabaya, Jawa Timur, Selasa (17/7). Sosialisasi ini sebagai anjuran penutupan tempat hiburan malam menyambut bulan Ramadan. TEMPO/Fully Syafi
Iklan

TEMPO.CO, Yogyakarta - Kalangan aktivis mendesak aparat kepolisian membuat aturan tegas untuk menghentikan tradisi sweeping oleh kelompok masyarakat saat Ramadan.

"Aparat harus mensosialisasikan aturan larangan sweeping ini dan apa saja sanksi yang bakal diterapkan jika ada yang tetap melakukan aksi itu," ujar aktivis Aliansi Nasional Bhinneka Tunggal Ika (ANBTI) Agnes Dwi Rusjati, Jumat, 3 Juni 2016.

Ramadan berlangsung mulai Senin, 6 Juni 2016. Pihak kepolisian melalui Kapolda DIY Brigadir Jenderal Prasta Wahyu Hidayat awal Juni ini juga telah mengadakan pertemuan dengan sejumlah tokoh lintas agama di DIY di gedung Graha Sarina Vidi di Jalan Magelang, Sleman, dan meminta semua organisasi masyarakat tidak melakukan sweeping saat Ramadan.

Pihak kepolisian pun telah berkomunikasi dengan kepala daerah maupun legislatif untuk membahas langkah pengamanan pada Ramadan nanti. "Tiap kepala kepolisian di daerah kabupaten/kota harus bisa menindaklanjuti aturan itu dan menjamin benar-tidak akan ada aksi main hakim sendiri oleh ormas," kata Agnes.

Agnes menambahkan, Kota Yogya sebagai wilayah dengan masyarakat terdidik memiliki cara-cara yang sesuai kearifan lokal untuk bersikap saling menghargai tanpa harus mencederai. "Masyarakat sudah lelah dibenturkan satu sama lain karena aparat absen jika ada kasus-kasus seperti sweeping ini," tuturnya.

Upaya kepolisian menegakkan hukum atas tindakan seperti sweeping, kata Agnes, perlu didukung lembaga lain, tak hanya pemerintah, tapi juga organisasi masyarakat yang besar, seperti Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama. "Sehingga kepolisian terdorong menjalankan tanggung jawab menjadi pengayom untuk semua elemen, sementara masyarakat harus ikut mengawasi," ucapnya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kasus sweeping ormas atau tindakan intimidatif dengan dalih lainnya di Yogya dinilai hampir tak pernah ada tindak lanjutnya ke proses hukum hingga terus berulang. "Kami menunggu aparat menjalankan tugasnya dengan baik, memberi rasa aman sehingga perbedaan tak jadi persoalan, baik yang berpuasa maupun tidak, sama-sama mendapatkan rasa aman," ujarnya.

Wakil Ketua Pimpinan Dewan Muhammadiyah Kota Yogyakarta Ashad Kusuma Jaya menyerukan, jika ormas-ormas atau kelompok tertentu terganggu dengan adanya kegiatan hiburan atau apa pun yang dinilai mengganggu, silakan menyampaikan protes kepada kepolisian. "Bukan masyarakat lain yang jadi sasaran. Kami mengecam segala aksi main hakim sendiri dan pengambilalihan tugas kepolisian," katanya.

Ashad menambahkan, Muhammadiyah pun telah bergerak untuk meredam potensi-potensi aksi sweeping itu dengan memperbanyak kegiatan di basis kampung. Dengan demikian, selama Ramadan, kampung-kampung di Yogya kondusif. "Tiga puluh ranting kami gerakkan untuk mengisi Ramadan dengan menggali potensi tradisi setempat agar menjadi sesuatu yang menarik dikemas untuk memeriahkan Ramadan, jangan mengisi dengan kekerasan," ujarnya.

PRIBADI WICAKSONO

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Cerita dari Kampung Arab Kini

4 hari lalu

Cerita dari Kampung Arab Kini

Kampung Arab di Pekojan, Jakarta Pusat, makin redup. Warga keturunan Arab di sana pindah ke wilayah lain, terutama ke Condet, Jakarta Timur.


Begini Antusiasme Ribuan Warga Ikuti Open House Sultan Hamengku Buwono X

7 hari lalu

Suasana Open House Lebaran yang digelar Gubernur DIY Sri Sultan HB X di Komplek Kepatihan Yogyakarta, Selasa 16 April 2024. TEMPO/Pribadi Wicaksono
Begini Antusiasme Ribuan Warga Ikuti Open House Sultan Hamengku Buwono X

Sekda DIY Beny Suharsono menyatakan open house Syawalan digelar Sultan HB X ini yang pertama kali diselenggarakan setelah 4 tahun absen gegara pandemi


Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

43 hari lalu

Ilustrasi Keraton Yogyakarta. Shutterstock
Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

Penetapan 13 Maret sebagai hari jadi Yogyakarta tersebut awal mulanya dikaitkan dengan Perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755


DI Yogyakarta Berulang Tahun ke-269, Tiga Lokasi Makam Pendiri Mataram Jadi Pusat Ziarah

48 hari lalu

Ziarah ke makam Kotagede Yogyakarta pada Kamis, 6 Maret 2024 digelar menjelang peringatan hari jadi ke-269 DIY (Dok. Istimewa)
DI Yogyakarta Berulang Tahun ke-269, Tiga Lokasi Makam Pendiri Mataram Jadi Pusat Ziarah

Tiga makam yang disambangi merupakan tempat disemayamkannya raja-raja Keraton Yogyakarta, para adipati Puro Pakualaman, serta leluhur Kerajaan Mataram


Ketua Komisi A DPRD DIY: Tidak Boleh Sweeping Rumah Makan Saat Ramadan

52 hari lalu

Perhelatan Sarkem Fest 2024 digelar di Yogyakarta. (Dok. Dinas Pariwisata Yogyakarta)
Ketua Komisi A DPRD DIY: Tidak Boleh Sweeping Rumah Makan Saat Ramadan

Ketua Komisi A DPRD DIY Eko Suwanto menegaskan tidak boleh ada sweeping rumah makan saat Ramadan. Begini penjelasannya.


Badai Tropis Anggrek Gempur Gunungkidul, Ada 27 Kerusakan

20 Januari 2024

Ilustrasi badai. Johannes P. Christo
Badai Tropis Anggrek Gempur Gunungkidul, Ada 27 Kerusakan

Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mencatat 27 kejadian kerusakan dampak Badai Tropis Anggrek yang terdeteksi di Samudera Hindia.


Yogyakarta Dilanda Hujan Lebat dan Angin Kencang, BMKG : Potensi Sama sampai Minggu

4 Januari 2024

Hujan akibatkan kanopi di Stasiun Tugu Yogyakarta roboh, Kamis, 4 Januari 2024. Tempo/Pribadi Wicaksono
Yogyakarta Dilanda Hujan Lebat dan Angin Kencang, BMKG : Potensi Sama sampai Minggu

BMKG menjelaskan perkiraan cuaca Yogyakarta dan sekitarnya hingga akhir pekan ini, penting diketahui wisatawan yang akan liburan ke sana.


Gunung Merapi Keluarkan Awan Panas, Sejumlah Desa Terkena Dampak

8 Desember 2023

Gunung Merapi meletus lagi, mengirim material vulkanik hingga setinggi tiga kilometer di atas puncak gunung itu, Jumat pagi 10 April 2020. Letusan itu adalah yang ketujuh sejak yang pertama Jumat pagi 27 Maret lalu. FOTO/DOK BPPTKG
Gunung Merapi Keluarkan Awan Panas, Sejumlah Desa Terkena Dampak

Gunung Merapi di perbatasan antara Jawa Tengah dan Yogyakarta mengeluarkan awan panas guguran.


Kader PSI Ade Armando Dilaporkan ke Polisi Dijerat UU ITE, Begini Bunyi Pasal dan Ancaman Hukumannya

8 Desember 2023

Ketua Umum Partai PSI Giring Ganesha (kanan) memakaikan jaket partai kepada Ade Armando (kiri), sebagai simbol bergabung partai PSI di kantor DPP partai PSI, Jakarta Pusat, Selasa, 11 April 2023. Ketua Umum partai PSI mengumumkan bergabungnya Ade Armando menjadi kader Partai PSI. TEMPO/MAGANG/MUHAMMAD FAHRUR ROZI.
Kader PSI Ade Armando Dilaporkan ke Polisi Dijerat UU ITE, Begini Bunyi Pasal dan Ancaman Hukumannya

Politikus PSI Ade Armando dipolisikan karena sebut politik dinasti di Yogyakarta. Ia dituduh langgar Pasal 28 UU ITE. Begini bunyi dan ancaman hukuman


Begini Sejarah Panjang Yogyakarta sebagai Daerah Istimewa

8 Desember 2023

Masyarakat berebut gunungan Sekaten di halaman Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta Kamis (28/9). Dok. Keraton Yogyakarta.
Begini Sejarah Panjang Yogyakarta sebagai Daerah Istimewa

Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) memiliki sejarah panjang hingga memiliki otonomi khusus. Berikut penjelasannya.