TEMPO.CO, Cirebon - Pemerintah Kota Cirebon meminta masyarakat tak konsumtif selama bulan puasa. “Masyarakat perlu diedukasi menjelang Ramadan ini,” kata Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Cirebon Asep Dedi, Kamis, 2 Juni 2016.
Edukasi dilakukan supaya masyarakat tidak terlalu konsumtif, yang mengakibatkan tingginya permintaan. Permintaan yang tinggi, menurut Asep, mengakibatkan spekulan menaikkan harga pangan. Selain itu, Asep meminta dinas terkait memanggil dan membina distributor agar tidak mengambil keuntungan yang sangat tinggi menjelang Ramadan.
Untuk mengendalikan kenaikan harga pangan, Pemkot Cirebon berencana menggelar operasi pasar. “Akan digelar minimal tiga kali (operasi pasar) saat bulan puasa mendatang,” kata Asep. Dengan operasi pasar, kenaikan harga pangan diharapkan tidak terlalu tinggi.
Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Cirebon Rawindra Ardiansyah menyatakan hal senada. “Kami akan mendekati ulama setempat,” kata Rawindra.
Menurut Rawindra, peran ulama sangat dibutuhkan untuk memberi tahu dan mendidik masyarakat supaya tidak konsumtif menjelang puasa dan Lebaran. “karena seharusnya pada bulan puasa kita bisa menahan diri, termasuk tidak konsumtif,” tutur Rawindra.
Tingginya inflasi saat bulan puasa dan Lebaran, Rawindra melanjutkan, terjadi karena ekspektasi masyarakat. “Masyarakat cenderung berlebihan membeli sesuatu. Biasanya beli gula hanya setengah kilogram, tiba-tiba jadi 1,5 kilogram,” ucap Rawindra.
Sementara itu, saat menyidak sebuah pusat perbelanjaan modern di kawasan Jalan Kartini, Kota Cirebon, Asep, yang didampingi Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan UKM Kota Cirebon Agus Mulyadi, meminta pengelola tidak menaikkan harga gula pasir terlalu tinggi. Di supermarket tersebut, harga gula pasir lokal dijual Rp 14.400 per kilogram. Agus pun meminta pengelola bisa menurunkan harga di kisaran Rp 13 ribu per kilogram. “Tolong jangan karena permintaan tinggi terus mengambil untung yang tinggi juga,” tutur Agus.
IVANSYAH