TEMPO.CO, Jakarta - Letnan Jenderal Purnawirawan Kiki Syahnakri, Ketua Simposium Nasional bertema “Mengamankan Pancasila dari Ancaman Kebangkitan PKI”, terpaksa menjelaskan soal Marxisme, Leninisme, dan hubungan dengan ateisme. Kiki harus menjelaskan secara singkat soal dialektika materialisme itu setelah, dalam sesi wawancara, ada wartawan yang meminta Kiki menjelaskan soal arti Marxisme itu dan hubungannya dengan ateisme.
Duduk di meja bersama sejumlah panitia, seusai simposium di Balai Kartini, Rabu, 1 Juni 2016 itu, Kiki ditanya wartawan yang berkerumun di depannya. Sang wartawan yang mengaku generasi muda itu bertanya, "Apa bedanya komunisme, Marxisme, Leninisme, bagaimana mereka bisa ateis?"
Mendengar pertanyaan itu, Kiki pun menjawab. "Kalau Anda benar-benar baca Marxis, jelas-jelas kok itu ateisme," kata Kiki dalam jumpa pers itu.
Lalu, ia melanjutkan, "Sekarang Marxis dari mana? Dia dapat materialisme dialektika dari mana? Itu kan dari Aristoteles. Jadi Marxis itu Aristoteles," ujar Kiki di Balai Kartini, Jakarta Selatan.
Menurut Kiki, materialisme dialektika pada Marxisme didapatkan dari filsuf Aristoteles yang tidak percaya bahwa ada yang menciptakan alam semesta. Aristoteles sama dengan Plato, gurunya, yakni tidak percaya kepada Tuhan, yang menciptakan alam semesta. Aristoteles beranggapan alam semesta terjadi secara spontan.
"Materialisme dialektika yang dijelaskan dia (Aristoteles) tidak percaya alam semesta ada yang menciptakan. Pikiran-pikiran Plato tentang alam semesta, dia tidak percaya alam semesta ada yang menciptakan, tapi jadi dengan sendirinya. Barulah kemudian berdialektika menimbulkan ide-ide materialisme dialektika. Itu jelas loh ateis karena tidak percaya adanya Tuhan," tuturnya.
Selain itu, menurut Kiki, ide Karl Marx terlalu halus. Itu sebabnya, dikembangkan lagi oleh Vladimir Ilich Lenin.
"Apalagi kemudian dikembangkan Lenin. Lenin menganggap kalimat Marx terlalu halus untuk mengimplementasikan itu, harus merebut kekuasaan, harus merebut revolusi," ujarnya.
Kiki menutup kuliah singkat filosofi itu dengan menyebutkan jumlah korban yang dibunuh anggota PKI. Ia mengatakan sudah 120 juta lebih yang dibunuh komunis di seluruh dunia. "Itulah karena tidak bertuhan, maka seperti itu," katanya.
Simposium nasional itu dihadiri 49 organisasi, di antaranya FKPPI, Pemuda Pancasila, HMI, Ansor, GPII, FPI, HMPI, Forum Umat Islam, PMII, dan Perhimpunan Purnawirawan Angkatan Darat.
WDA | MAYA AYU PUSPITASARI