TEMPO.CO, Bandung - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi Jawa Barat sepanjang Mei mencapai 0,25 persen. “Ada beberapa komoditas yang ternyata naiknya terjadi di minggu terakhir yang mendorong inflasi,” kata Kepala Bidang Statistik Distribusi BPS Jawa Barat Dudung Supriydi Bandung, Rabu, 1 Juni 2016.
Komoditas bahan makanan yang mendorong inflasi di pekan terakhir itu diantaranya daging ayam ras, telur ayam ras, kentang, gula pasir, rokok, emas perhiasan, serta gaji tukang. Dudung mengatakan, kenaikan harga di pekan terakhir Mei itu berkaitan dengan momen jelang Ramadhan yang masuk di akhir pekan pertama Juni ini. Gaji tukang misalnya, naik gara-gara banyak warga yang mulai mempercantik rumahnya menghadapi Hari Raya Lebaran.
Dudung mengatakan, kenaikan harga daging ayam yang paling mencolok sepanjang Mei lalu. Harga daging ayam sendiri sudah mulai merangkak naik sejak pekan terakhir April. “Kenaikan harganya dari data BPS kalau dibandingkan harga rata-rata April mencapai 7 persen,” kata dia. Kenaikan itu masih relatif belum tinggi karena masih di bawah 10 persenan. Kendati naik paling tinggi tapi andilnya pada inflasi hanya 0,09 persen karena bobotnya relatif rendah.
Selanjutnya telur ayam dan gula pasir yang harganya sudah merangkak sejak minggu pertama Mei, kenaikannya rata-rata 5 persen. Sementara beras relatif stabil, di pekan pertama Mei bahkan sempat turun kendati di minggu terakhirnya sejumlah beras premium merangkak naik. Bawang merah malah mengalami deflasi karena harganya yang relatif tinggi di awal bulan Mei, anjlok di akhir bulan bersamaan dengan gelaran pasar murah komoditas itu.
Menurut Dudung, pemerintah diminta mewaspadai inflasi yang dipastikan terjadi lagi pada Juni ini. Dia khawatir kenaikannya relatif tinggi. “Sekarang puasanya di awal Juni terus Lebaran di awal Juli. Dorongan kenaikan akan terjadi Juni. Kalau dulu setengah-setengah, awal puasa di pertengahan bulan dan awal lebaran di pertengahan bulan, sehingga tekanan inflasi terbagi dua,” kata dia.
Dudung mengatakan, kenaikan harga relatif sulit dikendalikan memasuki Ramadhan karena faktor psikis, kebiasaan pedagang yang akan menaikkan harga untuk mencari keuntungan ditambah permintaan bahan makanan relatif akan meningkat. “Agar tidak terlalu melonjak, pemerintah paling tidak menjamin suplai komoditas ke pasar,” kata dia.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Barat Hening Widatmoko mengatakan, kenaikan harga yang terjadi masih dinilai wajar. Kendati demikian, dinasnya sudah meminta kabupaten/kota untuk memantau pergerakan harga komoditas bahan makanan setiap hari. “Tim Pengendali Inflasi Daerah selalu mewaspadai, kalau kenaikan harga sudah di level mengkhawatirkan antara 12 persen sampai 15 persen, kita akan laksanakan operasi pasar,” kata dia pada Tempo, Rabu, 1 Juni 2016.
AHMAD FIKRI