TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Kepulauan Riau Guntur Sakti mengatakan pihaknya sudah memperingatkan perusahaan pengembang asal Singapura yang mengklaim bahwa sebuah resor dekat Batam adalah milik Singapura.
Seperti dilansir Straits Times, Rabu, 1 Juni 2016, pengembang yang berbasis di Singapura, Funtasy Island Development (FID), telah mengganti nama satu dari enam cluster pulau utara di Batam, yang sebelumnya Pulau Manis menjadi Pulau Funtasy. Pergantian nama itu dilakukan saat perusahaan meluncurkan peta resor miliknya.
BACA: Kini Merah Putih Berkibar Lebih Tinggi di Pula Manis
Guntur Sakti mengungkapkan, dalam peta resor tersebut, pengembang mewarnai pulau-pulau miliknya dan mengklaim pulau itu masuk wilayah Singapura. Versi yang diedit dari peta di situs itu kini menunjukkan pulau-pulau yang disajikan dengan warna yang berbeda.
“Kami sudah meminta penjelasan dari manajemen Singapura. Kami memberi mereka peringatan untuk tidak melakukan gerakan tiba-tiba yang akan menarik perspektif negatif,” katanya.
Menanggapi peringatan itu, Kementerian Luar Negeri Singapura, Selasa, 31 Mei 2016, mengaku bingung. “Singapura tidak pernah membantah kedaulatan Indonesia atas Pulau Manis dan tidak pernah mengklaim pulau,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Singapura.
Guntur mengatakan pihak berwenang setempat telah mengajukan peringatan resmi dan meminta klarifikasi dari perusahaan itu pada Senin, 30 Mei 2016. Perusahaan itu memberikan jawaban bahwa peta itu hanya dibuat untuk tujuan pemasaran.
“Kami prihatin, pulau-pulau mungkin diklaim Singapura dan kami tidak ingin itu terjadi,” ujar Guntur.
Anggota parlemen Riau, Makmur Nasution, mengatakan pengelolaan pulau secara eksklusif melanggar Undang-Undang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Tahun 2007. “Penduduk setempat tidak lagi tinggal di sana. Karena itu, hak eksklusif untuk pulau bertentangan dengan hukum. Pemerintah perlu mengatur ini.”
Pulau Manis kini dikelola sebuah perusahaan patungan Indonesia-Singapura. Manajer Situs Pulau Funtasy, Oke Yusma Nurjaman, sebelumnya mengungkapkan, investasi resor yang diperkirakan Rp 2 triliun tersebut kini sudah habis terjual. Pembelinya, kata dia, sebagian besar berasal dari Singapura.
STRAITSTIME | FRISKI RIANA