TEMPO.CO, Kupang - Penyelundupan bahan bakar, khususnya minyak tanah, dan minuman keras paling marak terjadi di wilayah perbatasan Indonesia-Timor Leste di Atambua, Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur.
"Dari Indonesia ke Timor Leste paling banyak penyelundupan bahan bakar. Adapun dari Timor Leste paling banyak minuman keras," kata Komandan Satuan Tugas Pengamanan Perbatasan Letnan Kolonel Infanteri Nurman S. kepada Tempo, Rabu, 1 Juni 2016.
Maraknya penyelundupan bahan bakar ke Timor Leste, menurut dia, akibat harganya di Atambua masih miring karena disubsidi pemerintah. Harga itu berbeda dengan daerah lain, seperti Jawa, Kalimantan, dan Sumatera yang telah dikonversi ke gas. "Perbedaan harga bahan bakar di Nusa Tenggara Timur dan Timor Leste terlalu jauh," katanya.
Selain bahan bakar, ujar Nurman, penyelundupan yang sering terjadi dari Nusa Tenggara Timur ke Timor Leste adalah sepeda motor, sembilan bahan kebutuhan pokok (sembako), dan minuman keras tradisional, seperti sopi dan moke.
Sebaliknya, penyelundupan paling marak dari Timor Leste yang masuk Nusa Tenggara Timur melalui pintu perbatasan adalah minuman keras bermerek Civas, Red Label, dan Jack Daniels. "Kalau sembako, seperti gula yang didatangkan dari Singapura," katanya.
Saat ini, kata Nurman, pihaknya mengantisipasi masuknya narkoba dari Timor Leste. Walaupun hingga kini belum ada kasus, aparat di perbatasan tetap waspada.
Karena itu, anggota Tentara Nasional Indonesia yang berjaga di perbatasan kedua negara diberi pembekalan oleh kepolisian tentang jenis-jenis narkoba. "Sudah banyak jenis narkoba yang beredar, sehingga kami mendapat pembekalan dari kepolisian," katanya.
YOHANES SEO