TEMPO.CO, Surabaya - Perwakilan penerima beasiswa bidik misi Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) bersyukur bisa diterima di perguruan tinggi favorit, meski terbatas secara ekonomi. Dengan haru, rasa syukur itu mereka sampaikan saat berdialog bersama Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Mohammad Nasir di gedung Rektorat Institut Teknologi Sepuluh November, Surabaya, Rabu, 1 Juni 2016.
“Saya berharap, lebih banyak daya tampung untuk yang membutuhkan bidik misi,” kata salah satu penerima bidik misi, Affandi, saat Natsir mempersilakannya menyampaikan unek-unek dan harapan terhadap program bidik misi.
Affandi adalah satu dari 139 mahasiswa penerima bidik misi di Fakultas Teknik Elektro, ITS. Dia adalah anak pertama dari tiga bersaudara. Ibunya pedagang. Ayahnya sudah lama meninggal. Awalnya, dia ragu bisa melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi karena biayanya mahal.
Natsir pun memberikan motivasi kepada para calon mahasiswa itu untuk tidak khawatir perihal biaya pendidikan. Natsir mengatakan tahun ini pemerintah menyediakan anggaran Rp 2,9 miliar untuk beasiswa bidik misi. Anggaran itu untuk lebih dari 200 ribu mahasiswa penerima bidik misi. “Tidak usah takut mewujudkan cita-cita,” kata Natsir saat memberikan pengarahan di depan podium.
Natsir secara simbolis menyerahkan kartu tanda mahasiswa kepada perwakilan mahasiswa penerima bidik misi itu. Penyerahan simbolis itu merupakan tanda diterimanya mereka sebagai mahasiswa bidik misi di ITS.
Natsir berkunjung ke ITS untuk berdialog dengan mahasiswa penerima bidik misi, sekaligus meninjau kegiatan uji ketrampilan SMBPTN di Fakultas Design Produk ITS.
SITI JIHAN SYAHFAUZIAH