TEMPO.CO, Kuta - Kapal Republik Indonesia, Pati Unus, karam ketika hendak masuk Pelabuhan Belawan pada 13 Mei 2016. Kepala Dinas Penerangan Angkatan Laut Laksamana Pertama Edi Sucipto mengatakan KRI Pati Unus menabrak bangkai kapal tenggelam sehingga merusak sisi haluan kiri kapal.
"KRI Pati Unus menabrak sebuah benda sehingga merusak haluan kiri. Kapal tidak tenggelam, sekarang masih berada di permukaan," ujarnya saat dimintai konfirmasi Tempo di Jakarta, Selasa kemarin.
Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Luhut Binsar Pandjaitan menegaskan hal senada. "KRI Pati Unus mau berlabuh di Belawan, nabrak kapal yang tenggelam, jadi robek. Ini kapal tua yang dibeli dari Jerman Timur pada 1996," katanya setelah membuka Rapat Koordinasi Aparat Penegak Hukum yang diadakan Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) di Kuta, Bali, Rabu, 1 Juni 2016.
Luhut membantah kabar yang beredar bahwa karamnya KRI Pati Unus akibat ditorpedo kapal perang asing. Peristiwa yang terjadi dua pekan lalu itu mencuat setelah kapal TNI Angkatan Laut menangkap kapal Cina dan delapan anak buah kapal di perairan Kepulauan Natuna. Luhut memastikan hubungan Indonesia dan Cina baik-baik saja, walaupun sempat diterpa isu tersebut. "Enggak betul (ditorpedo). Mana ada kapal Cina di situ," tuturnya.
Sebelumnya, termuat dalam situs www.citizenjurnalism.com, kronologi kecelakaan KRI Pati Unus yang mengalami kebocoran setelah menabrak bangkai kapal. Peristiwa itu diperkirakan terjadi di lokasi Bouy 2 Alur Balawan sekitar pukul 18.15 WIB.
Dalam situs tersebut, KRI Pati Unus ditarik menggunakan TB Deli O ke arah daratan terdekat sekitar pukul 20.50. Pada pukul 21.18, KRI Pati Unus kandas pada posisi melintang antara Bouy 2 dan Bouy 4 MPMT. KRI Siwar, Unsur Lantamal I, Satuan Polisi Air, dan Sea Reader Tanjung Balai Asahan turut membantu proses evakuasi.
BRAM SETIAWAN