TEMPO.CO, Bangkalan - Pelanggar lalu lintas di Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur, selama operasi Patuh Semeru 2016 didominasi pelajar. Mereka yang terjaring razia kebanyakan tidak memakai helm dan tidak memiliki SIM.
Kepala Satuan Lalu Lintas Kepolisian Resor Bangkalan Ajun Komisaris Adi Nugroho menyatakan, selain sebagai pelanggar lalu lintas yang paling banyak, kalangan remaja tercatat paling sering terlibat kecelakaan lalu lintas di Kota Bangkalan. "Kecelakaan lalu lintas banyak yang melibatkan remaja usia pelajar," ucapnya, Selasa, 31 Mei 2016, tanpa merinci jumlahnya.
Baca Juga:
Menurut Adi, fakta ini sangat memprihatinkan karena remaja sebagai generasi masa depan bangsa. Untuk menekan angka pelanggar lalu dari kalangan pelajar, selama operasi Patuh Semeru kali ini, pelajar menjadi sasaran utama penilangan kendaraan oleh petugas. Adi berharap, dengan ditilang, mereka jera memakai kendaraan roda dua atau empat ke sekolah dan beralih menggunakan kendaraan umum.
Adi menuturkan, untuk menyadarkan pelajar agar tertib berlalu lintas, dalam beberapa razia, polisis sengaja melibatkan ustadz atau mubalig. Setelah ditilang, mereka akan diberi wejangan rohani oleh ustad. "Kalau dinasihati ustad, barangkali bisa lebih diterima ketimbang dinasihati polisi," katanya.
Selain pelajar, pemilik mobil pikap yang digunakan mengangkut orang menjadi sasaran utama penilangan kendaraan. Menurut Adi, apa pun alasannya, kendaraan bak terbuka tidak boleh mengangkut orang karena rawan kecelakaan. "Pelan-pelan, akan kami edukasi, agar pikap tidak digunakan mengangkut orang," ucapnya.
Dihubungi secara terpisah, Sekretaris Dinas Pendidikan Bangkalan Bambang Budi Mustika mengaku sangat menyayangkan banyak siswa yang terjaring razia. Menurut dia, Dinas Pendidikan dan Satuan Lalu Lintas Polres Bangkalan telah bekerja sama untuk mensosialisasi pendidikan berlalu lintas ke sekolah, baik negeri maupun swasta. Kegiatan ini rutin digelar setiap tahun. "Siswa yang melanggar mungkin belum pernah ikut sosialisasi," tuturnya.
Selain mengikuti sosialisasi, kata Bambang, siswa yang telah cukup umur untuk memiliki SIM diminta mendaftar ikut tes uji SIM. Walaupun ada kerja sama, Bambang memastikan dalam tes siswa tidak akan mendapat perlakuan istimewa. "Khusus siswa, sebelum ikut tes resmi, biasanya diberi pelatihan dulu," ucapnya.
Untuk mengurangi jumlah siswa yang memakai sepeda motor ke sekolah, ujar dia, Pemkab Bangkalan telah menyediakan sepuluh bus yang melayani rute antarkecamatan. Namun dia belum dapat memastikan kapan bus tersebut dioperasikan karena ditangani Dinas Perhubungan. "Angkutan umum untuk siswa itu sudah ada, cuma belum dioperasikan," tuturnya.
MUSTHOFA BISRI