TEMPO.CO, Surabaya - Pemerintah Kota Surabaya memperingati Hari Jadi Kota Surabaya ke-723 hari ini, Selasa, 31 Mei 2016. Seluruh jajaran Pemerintah Kota Surabaya, mulai lurah hingga kepala dinas, berkumpul di Lapangan Taman Surya depan Balai Kota Surabaya. Mereka berbaris rapi untuk mengikuti upacara yang dipimpin langsung oleh Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini.
Uniknya, mereka tidak memakai seragam pegawai negeri sipil, melainkan kostum cak dan ning Surabaya. Tak terkecuali Risma yang memakai kebaya putih dibalut kerudung warna senada dengan bawahan merah muda. Upacara itu dibuka dengan pembacaan sejarah singkat Kota Surabaya. Selanjutnya Risma memasuki lapangan upacara diiringi musik gamelan khas suroboyoan.
Musik gamelan itu mengiringi upacara hingga akhir. Bahkan ada pula paduan suara oleh pelajar Surabaya yang membawakan lagu-lagu daerah Surabaya. Sekitar 1.200 pelajar menari sambil menyanyi. Tak lama kemudian, tumpeng raksasa setinggi 2,73 meter dibawa ke tengah lapangan dengan didorong personel Satuan Polisi Pamong Praja dan linmas diiringi musik gamelan.
Tumpeng raksasa itu langsung dipotong Risma tepat di ujungnya. Potongan tumpeng itu diberikan kepada Ketua Legiun Veteran Surabaya Hartoyik atas jasa para pahlawan. Penyerahan tumpeng raksasa itu pun diabadikan puluhan media dan masyarakat yang hadir saat itu.
Selanjutnya Risma memberikan piagam penghargaan kepada masyarakat yang dianggap mendukung perkembangan Kota Surabaya. Media massa yang dipandang berkontribusi terhadap upaya memajukan Surabaya juga diganjar penghargaan, seperti Tempo, Metro TV, Suara Surabaya.
Seusai pemberian penghargaan, tiba-tiba kerumunan wartawan dan warga yang mengabadikan momen HUT Surabaya itu diminta menepi. Sebab, halaman Balai Kota akan digunakan untuk penampilan tari remo oleh anak-anak kecil. “Tolong menepi, karena akan ada penampilan tari remo oleh arek cilik (anak kecil) sebanyak 723 siswa-siswi tingkat PAUD (pendidikan anak usia dini), TK (taman kanak-kanak), dan SD (sekolah dasar),” kata pembawa acara melalui pengeras suara.
Dengan alunan musik remo, tiba-tiba ratusan anak kecil itu datang dari arah timur Balai Kota Surabaya. Mereka langsung menyedot perhatian warga Surabaya yang menonton upacara, tamu undangan, dan media.
Anak-anak kecil penari itu memakai kostum yang sama, yaitu baju merah dan celana hitam, ikat kepala atau odheng merah, kaus kaki hitam, serta selendang putih. Mengikuti alunan musim remo, ratusan penari cilik itu berlenggak-lenggok layaknya penari profesional.
Risma menutup upacara HUT Surabaya itu dengan pesta rakyat di Taman Surya. Berbagai makanan khas Surabaya tersaji dalam pesta rakyat itu. Warga pun berbondong-bondong menikmati.
MOHAMMAD SYARRAFAH