TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Luhut Binsar Pandjaitan tak mempermasalahkan perihal akan digelarnya Simposium 65 tandingan pada Senin, 30 Mei 2016.
"Enggak apa-apa, enggak masalah bagi saya," kata Luhut saat dicegat awak media seusai menghadiri Rakernas PAN 2016 di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Minggu, 29 Mei 2016.
Sejumlah purnawirawan militer menggelar simposium tandingan karena merasa aspirasi mereka tidak terwakili pada Simposium Membedah Tragedi 65 dari Pendekatan Kesejarahan yang berlangsung di Jakarta, 18-19 April 2016.
Salah satu figur militer yang tidak mengakui simposium terkait tragedi pembantaian simpatisan PKI itu adalah bekas Kepala Staf Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat Mayor Jenderal (Purnawirawan) Kivlan Zen.
Luhut menjelaskan, dia tak menentang simposium tandingan karena hal itu bisa memberikan perspektif tambahan atas penanganan perkara 65. Menurut dia, pandangan tambahan akan membantu pihaknya untuk mencari solusi atau jalan keluar paling tepat.
Luhut pun menambahkan, dia sudah diminta hadir dalam acara tersebut. Namun ia belum memutuskan apakah akan hadir atau tidak. "Saya belum cek undangannya, ada atau tidak. Tapi saya sudah diberi tahu," ujarnya mengakhiri.
Sebelumnya, Luhut mempertanyakan kenapa perlu ada simposium tandingan dan kenapa simposium 65 pada April lalu ditentang. Menurut dia, beberapa waktu lalu, para figur militer yang memutuskan tak hadir pada simposium April dan sekarang terlibat simposium tandingan sudah mengaku menyesal tak datang.
ISTMAN MP