TEMPO.CO, Sidoarjo - Suyanto masih ingat betul peristiwa terjadinya kebocoran pipa gas milik Lapindo Brantas Inc di samping rumahnya, di kawasan RT 3 RW 2 Desa Kedungbanteng, Tanggulangin, Sidoarjo pada awal Maret lalu.
Pria berumur 40 tahun itu mengaku hingga kini masih trauma dengan kejadian tersebut. "Api yang keluar dari gelembung gas pada subuh itu menghebohkan kami," katanya kepada Tempo, Ahad, 29 Mei 2016.
Trauma itu kembali disebut Suyanto ketika Tempo menyinggung rencana pengeboran sumur baru di desanya, yang hanya berjarak sekitar 200 meter dari rumahnya. "Gas bocor saja kami traumanya minta ampun, apalagi Lapindo mau ngebor lagi." Bocornya gas itu mengakibatkan sejumlah perabotan rumah milik tetangganya terbakar.
Setelah kejadian tersebut, dia bersama warga lain melakukan penolakan rencana pengeboran dengan menyebar dan menempel poster di setiap rumah warga. "Alasannya satu: kami trauma. Kami tidak mau kejadian pengeboran di Sumur Banjarpanji 1 di Porong 10 tahun lalu itu kembali terjadi dan menimpa kami," katanya.
Apalagi, dia bercerita, jarak sumur baru yang rencananya akan dibor Lapindo hanya berjarak sekitar 3,5 kilometer dari pusat semburan. Selain itu, lokasi pengeboran sumur baru, yang masih satu tempat dengan sumur existing Tanggulangin 1 (TGA-1), dengan permukiman warga sangat dekat. "Seharusnya jauh dari permukiman."
Lapindo Brantas Inc pada awal Januari melakukan pengerukan tanah sebagai persiapan pengeboran sumur baru di sumur existing TGA-1. Kegiatan itu akhirnya dihentikan setelah diprotes warga. Selain di TGA-1, Lapindo berencana mengebor sumur baru di TGA-2, yang hanya berjarak 500 meter dari TGA-1.
Suyanto berharap rencana pengeboran sumur baru di desanya tidak dilakukan. Berkaca pada kasus semburan lumpur di Porong yang sampai saat ini masih mengeluarkan lumpur, dia bersama warga Kedungbanteng tetap menolak rencana pengeboran. "Ganti rugi warga pun sampai saat ini masih belum selesai."
Vice President Public Relation, Hesti Armiwulan, mengaku, setelah aktivitas pengerukan diberhentikan karena diprotes warga, rencana pengeboran sumur baru di Kedungbanteng masih menunggu instruksi SKK Migas. Meski begitu, bila SKK Migas sudah memberi lampu hijau, manajemen perusahaan akan bergerak.
Hesti memastikan, pengeboran sumur baru di Kedungbanteng aman karena kedalaman sumur yang akan dibor hanya sampai 1.500 meter. Di samping itu, meski mengakui adanya penolakan dari warga, Hesti menjamin keselamatan pengeboran dan ganti rugi bila ada hal-hal di luar perkiraan. "Pengeboran aman-aman saja, tidak ada yang dikhawatirkan," katanya.
NUR HADI