TEMPO.CO, Banda Aceh - Kepala Seksi Data dan Informasi Stasiun Meteorologi Blang Bintang Aceh Zakaria mengatakan mulai Mei hingga September terjadi peralihan dari musim timur laut ke musim barat dan barat daya.
Kondisi yang oleh masyarakat Aceh disebut angin baratan itu dapat memicu timbulnya daerah pertemuan angin (konvergen), daerah tekanan rendah, lembang tropis, sampai siklon tropis di Teluk Benggala. "Imbasnya dapat dirasakan di daerah Aceh, seperti hujan diikuti angin kencang serta gelombang laut tinggi layaknya sekarang ini," kata Zakaria, Kamis, 26 Mei 2016.
Menurut Zakarian, daerah-daerah yang perlu diwaspadai adalah Aceh bagian barat dan selatan, Banda Aceh, Aceh Besar, serta Sabang. Wilayah-wilayah tersebut menghadap langsung ke lautan India bagian barat hingga utara. Wilayah tersebut juga bertetangga dengan sistem cuaca Teluk Benggala dan Bangladesh. “Cuaca di daerah-daerah ini banyak diwarnai sifat udara lautan,” ujarnya.
Saat ini dilaporkan tinggi gelombang 2-4 meter di wilayah Samudera Hindia bagian barat Aceh. Kecepatan angin diperkirakan mencapai 40 kilometer per jam.
Angin kencang yang melanda sebagian wilayah pesisir Aceh, terutama dalam sepekan terakhir, mengakibatkan nelayan tidak berani melaut. Gelombang laut juga mencapai 3-4 meter.
Panglima Laot (lembaga adat nelayan) Lhok Ulee lhee Banda Aceh M. Syafaat mengatakan sudah sepekan lebih nelayan di wilayahnya tidak melaut. "Boat terparkir di dermaga dan nelayan menganggur," ucapnya.
Syafaat menjelaskan, saat ini hanya nelayan pancing yang tetap beroperasi di pinggir laut. Dampaknya, pasokan ikan nelayan berkurang sehingga harga ikan melambung. “Angin kencang disertai gelombang yang tinggi sekitar 3-4 meter,” tuturnya sembari menambahkan kondisi saat ini berbarengan dengan gelombang pasang tahunan.
ADI WARSIDI