TEMPO.CO, Bandung - Megawati Soekarnoputri, presiden kelima Indonesia, mendapat gelar doktor kehormatan atau honoris causa dari Universitas Padjajaran, Rabu, 25 Mei 2016. Dalam orasi ilmiahnya dalam acara pengukuhan gelar di Graha Sanusi Hardjadinata Unpad, Jalan Dipatiukur, Kota Bandung, Megawati sempat membandingkan dia dengan ayahnya, Sukarno, proklamator sekaligus presiden pertama Indonesia.
"Bung Karno juga dianugerahi (gelar) Doktor Honoris Causa (Dr HC) dalam ilmu sejarah di Universitas Padjajaran. Itu gelar ke-25 yang beliau terima. Saya masih kalah hehe...," kata Megawati sembari tertawa.
Menanggapi penganugerahan gelar doktor kehormatan ini, Megawati mengaku terkejut dan senang. "Sungguh mengejutkan bahwa saya berdiri di kampus ini lagi setelah 51 tahun lalu Bung Karno menyarankan saya mendaftar di Fakultas Pertanian (Universitas Padjajaran), meski saya ingin ke (Fakultas) Psikologi," ujar Mega.
Wakil Presiden Jusuf Kalla, yang juga hadir dalam penganugerahan gelar ini, memuji prestasi politik Megawati sebagai presiden dan Ketua Umum salah satu partai terbesar di Indonesia.
"Mendapat gelar doktor itu tak mudah karena harus melakukan riset, baca buku, bisa 3 tahun," kata Kalla, yang pernah menjadi Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat di masa Megawati menjabat sebagai presiden periode 2001-2004. "Tapi mendapat (gelar) Doktor Honoris Causa jauh lebih sulit karena dibutuhkan waktu puluhan tahun untuk membuktikan praktek atas teori," kata Kalla.
Meski begitu, mantan Ketua Umum Partai Golkar ini menilai Mega layak memperoleh gelar doktor kehormatan. "Puluhan tahun beliau memimpin PDIP, lalu menjadi wapres dan presiden, tanpa harus menjadi menteri. Saya rasa itu merupakan prestasi luar biasa," kata Kalla disambut tepuk tangan hadirin.
WAHYU MURYADI