TEMPO.CO, Bandung - Ketua Perhimpunan Kebun Binatang Seluruh Indonesia (PKBSI) Rahmat Shah berharap, Kebun Binatang Bandung tak dialihfungsikan. Kekhawatiran itu menyusul matinya gajah Sumatera bernama Yani dua pekan lalu, dan buruknya manajemen penyejahteraan satwa.
"Saya hanya mengingatkan, jangan sampai terjadi kasus seperti di (Kebun Binatang) Surabaya. Ada pihak-pihak yang kemungkinan minat makan lahan atau mengalihfungsikannya. Kami dari PKBSI menentang," ujar Rahmat di Kebun Binatang Bandung, Senin, 23 Mei 2016.
Sama seperti Kebun Binatang Surabaya, Rahmat menilai, lahan Kebun Binatang Bandung seluas 14 hektare cukup menggiurkan bagi para konglomerat. Dia menceritakan beberapa pihak ingin menguasai lahan Kebun Binatang Surabaya, bahkan sampai nekat meracuni pakan satwa.
"Ada yang ngiler lihat lahan Kebun Binatang Surabaya Rp 2 triliun. Setelah kami bawa ke lab, ternyata satwanya dikasih pakan berformalin dan ada racun sianida. Waktu itu saya di luar negeri dicerca penyayang binatang," ujarnya.
PKBSI akan memantau secara ekstra. Selain itu, pihaknya akan membantu perbaikan infrastruktur guna menyejahterakan satwa dan menjaga kenyamanan pengunjung sesuai dengan syarat-syarat dari Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Barat. Dia berharap, Kebun Binatang Bandung bisa tetap dikelola oleh Yayasan Margasatwa Tamansari.
PKBSI akan memberikan bantuan dokter hewan liar bagi Kebun Binatang Bandung. "Kami akan rutin mengontrol. Mereka (pengelola Kebun Binatang Bandung) tinggal minta mau dokter hewan apa. Kami lengkap (dokter hewan) di PKBSI," ucapnya.
Rahmat menilai, kondisi satwa-satwa di Kebun Binatang Bandung cukup baik. Menurut dia, perbaikan yang paling mendesak ialah untuk beberapa kandang satwa besar yang sudah tidak layak.
"Saya sudah keliling, memang ada beberapa kandang yang harus diperbaiki. Ini dilakukan untuk kebaikan kebun binatang dan pengunjung. Jadi perbaikan sudah dilakukan sebagian dan akan terus dilakukan, bukan hanya dijanjikan," katanya.
PUTRA PRIMA PERDANA