TEMPO.CO, Medan - Dua korban awan panas erupsi Gunung Sinabung di Desa Gember, Kabupaten Karo, Sumatera Utara, Cahaya Beru Tarigan, 43 tahun, dan Cahaya Meliala Sembiring, 75 tahun, tengah dirawat intensif di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Adam Malik Medan.
Pelaksana harian Direktur RS Adam Malik, Welly Refnaldi, mengatakan kondisi kedua korban secara medis masih dinyatakan kritis. "Kedua korban masih dibantu alat pernapasan. Jadi masih dinyatakan kritis," katanya, Senin, 23 Mei 2016, saat ditemui wartawan.
Dari hasil pemeriksaan medis, ujar Welly, Cahaya Beru Tarigan mengalami luka bakar 40-60 persen. Sedangkan Cahaya Meliala Sembiring mengalami luka bakar 20-30 persen. "Kondisi kedua korban terus dipantau tiap jam," ujarnya.
RS Adam Malik awalnya merawat empat korban yang dirujuk dari RS Efarina Kabanjahe, Minggu malam lalu. Namun dua orang lain yang mengalami luka bakar hebat akhirnya meninggal. Mereka adalah Ersada Ginting dan Ibrahim Sembiring.
Pemerintah, ujar Welly, akan menanggung biaya perawatan korban. "Kami sudah berpesan kepada keluarga korban, jangan pernah pikirkan masalah biaya. Pemerintah, dalam hal ini, wajib memberikan pelayanan dan pengobatan terhadap mereka yang tertimpa musibah," katanya.
Baca Juga:
Salah satu keluarga korban yang selamat mengatakan, saat semburan awan panas Sinabung datang, para korban sedang berladang. "Tiba-tiba gunung erupsi dan keluar gulungan awan panas," kata Siti Beru Ginting, istri Cahaya Sembiring, kepada Tempo.
Siti mengatakan suaminya mengalami luka bakar di wajah dan tangan. "Inilah nasib kami, dekat dengan bahaya. Pagi hingga sore kami mencari nafkah di ladang. Kami tahu kembali ke ladang penuh bahaya. Tapi kami harus urus ladang," ia menuturkan.
Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Karo Jhonson Tarigan mengatakan pencarian korban awan panas dihentikan karena tidak ada laporan warga yang kehilangan keluarga. "BPBD menyimpulkan, korban awan panas Minggu lalu ada 9 dan 7 di antaranya meninggal dan 2 masih dirawat di Medan," ucapnya kepada Tempo.
Tarigan mengatakan ada 185 keluarga di Desa Gamber yang membandel dan nekat pulang ke zona merah tersebut meski pemerintah sudah menyewa rumah untuk masa dua tahun agar warga Gamber tak kembali ke desa. "Ladang juga disewa pemerintah untuk warga agar tak pulang ke ladang sampai Sinabung dinyatakan aman," katanya.
SAHAT SIMATUPANG