TEMPO.CO, Purwakarta - Perhelatan World Village Conference berlangsung di Purwakarta, Jawa Barat, Senin-Kamis, 23-26 Mei 2016. Konferensi ini diikuti oleh 23 delegasi dari sejumlah negara di dunia. Di antaranya Amerika, Jerman, Jepang, Korea, Taiwan, Tiongkok, dan Azerbaejan.
Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi menjelaskan, konferensi berlangsung di Kampung Tajur, Kecamatan Darangdan. Daerah yang semula kumuh itu kini menjelma menjadi sebuah kampung wisata yang beradab. "Penataan lingkungan, rumah-rumah penduduknya, berbasiskan budaya desa atau budaya Sunda," kata Dedi kepada Tempo di sela penjemputan delegasi di Bale Nagri, Kabupaten Purwakarta, Senin, 23 Mei 2016.
Menurut Dedi, Kampung Tajur cocok menjadi tempat dilaksanakannya konferensi yang membahas masalah desa berbasis budaya itu. Dia yakin, para delegasi takjub dengan Kampung Tajur. "Semua yang ada di kampung itu hidup penuh dinamika dan harmoni," ujarnya.
Wali Kota South Windsor Negara Bagian Connecticut Amerika Serikat Saud Anwar, yang menjadi delegasi, mengatakan siap berbagi ilmu ihwal model pembangunan desa, yang direncanakan menjadi solusi atas persoalan degradasi desa yang akut. "Solusinya tergantung pada sumber daya manusia dan leadership," ucapnya.
Walikota muslim pertama di Amerika itu menjelaskan, eksploitasi sumber daya alam di pedesaan yang membabi-buta harus segera dihentikan. Dia mendesak merehabilitasi sekaligus meningkatkan sumber daya manusia.
Dengan cara tersebut, Saud optimistis desa, sebagai pusat sumber daya alam, akan terwujud. Apalagi jika kedua upaya tersebut dibarengi dengan terwujudnya kepemimpinan yang kuat di desa.
Secara khusus, Saud menyoroti ihwal model pembangunan pedesaan yang telah dilakukan Pemerintah Kabupaten Purwakarta. Dia menilai, Pemerintah Kabupaten Purwakarta merupakan daerah yang berhasil membangun pedesaan dan perkotaan secara harmonis.
Menanggapi pernyataan Saud, Dedi mengatakan pihaknya membangun secara seimbang, dengan mengedepankan karakter dan budaya lokal, khususnya budaya Sunda. Setelah bergelut selama hampir dua periode kepemimpinan, Dedi kukuh melakukan pendekatan budaya, terutama untuk menjaga lingkungan yang sudah terdegradasi. "Yang kami jaga adalah air, udara, dan energi matahari," tuturnya.
NANANG SUTISNA